Kamis, 25 November 2010

(seharusnya) Empek-empek cerewet

Bismillah

Mood rajin masak sedang kumat. Awalnya sih karena ketiban tugas menyediakan snack buat bapak-bapak yang kerja waktu qurban kemaren. Disuruhnya sih beli jadi aja, tapi mana ada orang yang jualan di hari raya. Jadilah aku yang 'sukarela' buat sendiri *tentang rasa mohon jangan tanyakan :D

Nah, sewaktu guling-guling di internet, nemu resep empek-empek cerewet. Tadinya pengen buat pas qurban itu, tapi mengingat dan menimbang udah malem dan kecapean keliling nyari bahan, akhirnya baru semalam kesampaian niat masaknya.

Bahannya murah meriah dan cara buatnya juga "mudah". Ternyata oh ternyata, susah banget buat pemula seperti aku.
Kecurigaan pertama, ketika dikasi air tepungnya malah menggumpal padahal airnya udah lebih dari takaran resep. But, tetep lanjut..

Keanehan kedua, kok gak kalis-kalis ya adonannya? masih lengket, padahal 'akhirnya' ditambahin tepung terigu lagi. Karena capek dan pegel, langsung aja direbus. Lengket lengket dah situ ;P

Keanehan ketiga, rasanya kok lebih mirip roti daripada empek-empek ya? Ah, barangkali karena tambahan terigunya. Gapapalah, aku kan bukan orang yang selalu berhasil pada percobaan pertama :)

Dan dengan pedenya diundanglah abang tersayang sekeluarga buat nyicipin (seharusnya) empek-empek ini, alhamdulillah responnya lumayan :)
*the truth, abangku itu pemakan. jadi kalaupun gagal gak ngaruh ke dia selama rasanya lumayan :D

Didorong rasa penasaran, aku balik lagi ke mp tersebut dan ngakak dengan suksesnya. Pantesan gatot, aku salah nyalin resepnya !
Seharusnya yang 1 kg itu tapioka bukan terigu !!
Dudul !!!

Ya sudahlah, aku kan bukan tipe orang berbakat yang selalu berhasil pada percobaan pertama. Insya Allah masih ada besok buat nyobain dengan resep yang bener :D



Tadinya ini penuh banget lho.. ^_^
Oya, aku pakai kuah biasa, tidak seperti resepnya


Resepnya klik sini

Jumat, 19 November 2010

Seputar Idul Adha tahun ini

Bismillah

Day 1

1. Lebaran paling ga ada persiapan, rumah berantakan.
Serasa ga lebaran -_-
2. Mesjidnya sepi. *tumben, kirain bakal rame mengingat cuma ada satu mesjid Muhammadiyah di kotaku.
3. Banyak yang sholat pake baju dinas *sepertinya ini penyebab mesjid ga penuh, tidak libur sih :(
4. Keliling sendirian antar kupon qurban, sampe nyasar padahal rumah yang dituju sering di datangi. *Alhamdulillah dapat makan siang di situ :D

Day 2

1. Sukses besar membuat empek-empek rasa henpon.. huahahaha *hiks..adakah yang bersedia belikan hp baru ? T_T

2. Pagi ini di jalanan : banyak e*k sapi, banyak darah mengalir dan bau amis, baju raya dominan putih *info gak penting banget deh ;P

3. Cantik sendiri di DPD PKS Inhil.. *dilarang protes ;p

4. Menyaksikan langsung penyembelihan sapi qurban *mual... cuma berani liat dari jauh -_-"

5. Ternyata sapi lebih tenang dibanding kambing ketika akan disembelih, tapi begitu bapak-bapak takbiran kambingnya rada tenang *subhanallah..

6. Alhamdulillah, sudah boleh potong kuku :)

7. Makan sop sapi rame-rame di tengah derasnya hujan :))

8. Fakta : makanan apapun yang dikasi ke bapak-bapak selalu ludes, termasuk empek-empek rasa 'henpon' dan agar-agar jelly aneh yang kubuat XD XD

9. Alhamdulillah, bisa sekalian silaturahim ke rumah-rumah yang tidak terduga ketika mengantar daging qurban b^-^d


sedang membagi-bagi daging qurban, ga berani moto pas disembelih, serem euy :(
*yang paling kiri 'bupati'nya inhil :D

Rabu, 03 November 2010

Jilbab Biru

Siang itu cuaca sangat terik. Angin semilir perlahan berganti kencang. Kulihat engkau berjalan ke arahku. Menundukkan wajah, mencoba menenangkan kibaran jilbab birumu.

Seolah berada dalam adegan slow motion, aku terpana, napasku tertahan, belum pernah kulihat engkau secantik itu.

Ah, seperti inikah engkau dalam pandangan lelaki?

Jumat, 08 Oktober 2010

Salah jadwal, lagi..

Bismillahirrahmanirrahim


Kalau Mba Samsiah nulis tentang hal konyol yang pernah dilakukannya, maka kali ini saya mau cerita kekonyolan yang baru saja saya lakukan.

Tadi siang dapat sms dari ustad, ngabarin ada rapat jam 7 malam. Ya sudah, ba'da magrib saya segera bersiap dan tiba di DPD on time jam 7. Masih sepi dan yang jaga bersiap untuk isya di mesjid. Saya pikir biasalah, kalo ada rapat selalu ngaret paling tidak setengah jam. Cuma agak heran biasanya ustad dan keluarganya udah nongol duluan, tapi kok sampai satu jam ditungguin ga muncul juga. Sempat baca 2 halaman dan merelakan beberapa tetes darah untuk nyamuk *lebay mode on* akhirnya kesal juga. Sebelum * neror * nanya, baca lagi sms itu.

"Assalamu'alaikum. Diharapkan kehadiran ustad/zah dalam rapat DPD pada ahad, 10 okt jam 19.00 ...... "

Ahad !!! Sekarang Jum'at, kata siapa rapatnya malam ini ?? Malunyaaa....

Alhamdulillah ga ada yang nanyain ngapain bengong sendirian di dpd. Kalau sempat ada yang nanya, trus beliau nanya ke ustad, mau taro di mana ni muka ?


Kejadian salah baca jadwal gini tak cuma sekali dua terjadi -_-"
Dulu, ada rapat mulainya jam 06.00 saya bacanya 16.00. Saya baru ditelpon satu jam kemudian dan rapat pun dibatalkan karena peserta ada yang sudah masuk kantor jam 7.30. Apakah karena saya orang sangat penting sehingga harus ditunggu baru mulai rapat? Bukan, karena kunci sekre saya yang pegang =))

Trus ada kondangan, saya kira mulainya setelah ashar. Tau-tau ada teman nanyain kok ga datang, ternyata acaranya pagi -_-"

Pernah juga di'usir pulang', gegara rapatnya malam itu khusus bapak-bapak. Ibu-ibu rapatnya sore besoknya. Ustad yang 'ngusir' senyum-senyum, saya serasa pengen masuk lubang


Padahal sudah mewanti-wanti diri agar membaca sms undangan dengan seksama supaya tidak kejadian lagi. Ternyata tetap terulang T_T

Bermain Peran

Bismillah

Anak-anak belajar dengan bermain. Sudah banyak yang mengatakan demikian. Saya sendiri sering menyaksikan, saat belajarpun mereka main-main. Tetapi begitu ditanya, jawabannya tepat. Bahkan ada yang ditambahi dengan jawaban versi sendiri :))

Yang paling sering, dan mungkin selalu, adalah bermain peran. Kejar-kejaran, pura-pura jadi polisi dan penjahat *masih belum ngerti polisi sekarang tak identik lagi dengan orang baek2 ;p
Main masak-masakan, jual beli, macam-macam deh. Takjub dengan ide mereka, jauh bener bedanya dengan masa kecilku dulu.

Tapi terkadang miris juga dengar celotehan mereka. Memerankan karakter sinetron populer lengkap dengan dialognya. Padahal sinetron-sinetron itu temanya sangat tak mendidik.

*Aku gak mau punya mama tiri!!* (lengkap dengan adegan banting pintu juga, padahal bahasa daerah kami berbeda dengan sinetron)

*Mama pergi belanja dulu ya Pa..* (yang meranin papa bengong ditinggal sendirian hihihi..)

*************************************************************************************

Kalau anak-anak di Paud, perannya bukan berdasarkan sinetron, melainkan sesuai mainan yang ada, gurunya pun ikutan main :)

*Jual ikan..jual ikan ! lima ribu..lima ribu ! ikan patin..ikan bakar...siapa beli ! * (salut dengan yang satu ini, setau saya jarang penjual ikan yg jualan teriak-teriak. ntah dari mana dapat idenya)
*Ibuk sakit apa? sini saya suntik..* (kalau saya pasiennya, udah kabur duluan :DD )

Tadi siang, saya menyaksikan drama lucu. Pemerannya para guru, murid-murid sebagai penonton aktif. Sebenarnya, gurunya stres seharian menghadapi jeritan dan tangisan anak-anak. Tapi kalau sedang nonton ataupun main drama seperti ini mereka akan duduk tenang.
Tidak sadar trik mereka menenangkan anak menimbulkan dua manfaat, menghilangkan stres dan memberikan pelajaran berharga pada anak.

Standing applause untuk para pendidik..


main dokter-dokteran, Oye (baju ungu) dokternya, yg lain antri jadi pasien :D

Kamis, 07 Oktober 2010

Poligami oh Poligami

Bismillah

Poligami, suatu kata yang kadang menjadi momok menakutkan bagi seorang istri. Padahal tidak demikian adanya. Kesulitan saya menjawab pertanyaan tentang poligami terjawab pada tulisan Kang Zen ini. Bagi saya, poligami adalah sunnah yang tidak perlu diotak-atik hukumnya, sebab ia telah tercantum dalam Al-Qur'an dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
======================================================================================

Kang Zen, Suami saya mau berpoligamiii....

1. Saya tidak mendukung ataupun mendukung siapapun untuk berpoligami, tapi saya mendukung siapa pun untuk menegakkan kebenaran, walaupun hal itu terlihat/terasa tidak benar, aneh, atau bahkan menyakitkan.

2. Ketahuilah, bahwa "perasaan" tidak boleh dijadikan standar utama untuk menegakkan kebenaran. Tapi Standarnya harus Al-Quran dan Sunnah., itulah kebenaran.

3. Adapun jika "perasaan" istri pertama sakit ( atau cemburu) ketika suaminya berpoligami, maka rasa sakit itulah yang dinilai oleh Allah sebagaimana pahalanya seorang pria yang Mati Syahid di medan Jihad. Justru hal yang aneh jika ada wanita yang tidak sakit hati jika suaminya menikah lagi.

4. Tapi rasa sakit itu bisa berkurang atau dikurangi dengan cara belajar melepaskan rasa memiliki. Istri boleh memiliki suami tapi tidak boleh merasa memilikinya, semua hanya amanah, semua milik ALLAH. Cinta hadir bukan untuk saling memiliki tapi cinta hadir agar kita lebih dekat dengan yang Maha Memiliki.

5. Dan Sang Istri pun sebenarnya bisa menilai, apakah suaminya sudah pantas/layak untuk berpoligami? Jika suaminya dianggap belum pantas untuk berpoligami, maka bolehlah untuk menghalanginya, jangan sampai suaminya tercinta itu - terjebak oleh dosa-dosa yang baru pada istrinya yang baru. Tapi jika suaminya sudah dianggap pantas untuk berpoligami, kenapa harus dihalangi? apa jawaban/alasan si istri di hadapan Allah kelak jika menghalangi sesuatu yang dihalalkan oleh ALLAH?

6. Dan, menurut saya pribadi, jika seorang Suami belum "berhasil" membantu istrinya agar berlepas darinya dan bergantung kepada ALLAH, dan agar bisa mencintainya karena ALLAH - bukan karena "sosok" suami itu, dan si suami pun belum mampu membantu agar istrinya paham hakikat dari poligami, apalagi jika si suaminya memang belum paham hakikat dari poligami (pahamnya baru pemenuhan hawa nafsu saja); maka memang tak pantas suami model begitu untuk berpoligami (ingat : tak pantas bukan tak boleh). Apalagi jika sholat malam saja si suami masih sering meninggalkan dan sholat jamaah masih sering telat. Maka suami seperti itu TIDAK LAYAK untuk berpoligami.

note :
Lebih baik mencintai kerepotan yang produktif daripada meropatkan masalah cinta yang tidak produktif... ayo lepaskan saja dirinya dan kembalilah padaNYA...

Wallahu alam
Afwan
KZ
http://cahaya-semesta.com/

Selasa, 17 Agustus 2010

Kisahnya

Kudengarkan ia menceritakan kisahnya, seolah ia berkata : "meski kukehilangan, tetap kuberikan yang terbaik untuk jamaah ini. maka mengapa kau tak jua bersungguh-sungguh ! "
maaf, sungguh maafkan kelemahanku

Selasa, 29 Juni 2010

PKS Partai Terbuka ?

assalaamu’alaikum wr. wb.

Banyak yang terperangah mendengar salah satu hasil Munas ke-2 PKS yang menyatakan PKS sebagai partai terbuka; terbuka untuk segala suku, latar belakang, bahkan agama. Selama ini, PKS dikenal sebagai partai Islam, bahkan partai dakwah. Sulit membayangkan suatu hari nanti PKS akan dipimpin oleh orang-orang Non-Muslim.

Orang bisa larut dalam imajinasinya sendiri-sendiri. Struktur PKS memang kental dengan 'aroma’ Islam. Entah apa jadinya jika suatu hari nanti posisi ust. Surahman Hidayat sebagai Ketua Dewan Syariah Pusat (DSP) digantikan oleh seseorang yang nama depannya Fransiscus Xaverius, atau seorang doktor lulusan sekolah teologi. Entah bagaimana menjelaskan kepada publik jika Majelis Syuro diisi dengan orang-orang Non-Muslim, sementara ”syuro” itu sendiri merupakan istilah yang tak mungkin dipahami tanpa menggunakan worldview Islam.

Paling tidak ada dua 'tikungan' yang telah diambil oleh PKS sebelumnya, yang harus kita pahami bersama sebelum mencerna hasil Munas yang satu ini. Pertama, ketika dakwah mengambil bentuknya dalam wujud sebuah partai politik. Ketika hal itu terjadi, maka para da’i harus benar-benar siap mengurus negara, mulai dari level tertinggi hingga yang paling rendah, baik urusan Muslim maupun Non-Muslim. Kedua, ketika parpol ini dijadikan entitas yang menyeluruh yang dapat mewakili dakwah itu sendiri. Dengan demikian, bukan dakwah yang dibatasi oleh bentuk sebuah parpol, melainkan batasan-batasan parpol itulah yang kita tarik seluas-luasnya sehingga memiliki daya jangkau yang sesuai dengan tabiat dakwah. Tabiat dakwah, sebagaimana penjelasan ust. Surahman Hidayat dalam sebuah acara di salah satu stasiun televisi swasta, adalah "mengakses semua dan untuk semua!"

Tidak mudah mengejawantahkan prinsip rahmatan lil ’aalamiin, yang merupakan inti dari pesan yang ingin disampaikan oleh ust. Surahman di atas. Rasulullah saw. adalah rahmatan lil 'aalamiin, demikian juga agama ini, namun umatnya belum tentu. Jangankan untuk membawa kebaikan bagi umat lain, mencukupi kebutuhan sendiri pun masih banyak yang belum mampu.

Kita belum sampai pada masa-masa seperti ketika orang-orang Nasrani dan Yahudi berbondong-bondong datang ke universitas di Spanyol untuk menuntut ilmu. Kita belum tiba pada masa-masa ketika orang Yahudi meminta agar pasukan Islam memasuki negerinya dan menumbangkan pemerintahan yang 100% Yahudi, karena mereka tahu bahwa orang akan hidup lebih sejahtera di bawah pemerintahan Islam. Berapakah di antara para da'i masa kini yang mau menyuapi orang tua Yahudi yang buta, renta dan bermulut kotor sebagaimana Rasulullah saw. dan Abu Bakar ra. melakukannya dahulu?

Banyak yang bicara soal rahmatan lil ’aalamiin namun pola pikirnya masih diliputi dendam. Ketika bicara soal Yahudi dan Nasrani, maka landasan berpikirnya adalah Q.S. 2:120, sehingga ia memandang mereka dengan tatapan curiga, bahkan benci. Padahal golongan Ahli Kitab adalah objek dakwah Rasulullah saw. yang paling utama, karena mereka mewarisi sebagian dari ajaran-ajaran para Nabi terdahulu. Baik di Mekkah maupun Madinah, Rasulullah saw. tak pernah canggung bergaul dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Mereka pun mengenalnya sebagai Al-Amin (orang yang dipercaya). Sebutan ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw. telah benar-benar berhasil menjadi rahmat Allah kepada seluruh alam.

Hal berikutnya yang harus kita pahami adalah bahwa dakwah itu sendiri sangat luas spektrumnya, sebagaimana syariat Islam pun sangatlah luas. Seorang Non-Muslim yang berbuat baik tidak bisa dikatakan berdakwah, namun sama sekali tidak ada larangan untuk mengajak mereka melakukan tugas-tugas tertentu dalam proyek dakwah tersebut. Misalnya dalam hal penanganan bencana dan pemberian pertolongan terhadap korban-korbannya, maka hal ini pun termasuk dalam kerja dakwah, dan juga termasuk dalam tugas-tugas yang bisa diemban oleh orang-orang Non-Muslim.

Meski demikian, kita juga harus ingat bahwa sisi lain dari masalah ini adalah adanya ketegasan mengenai hal-hal tertentu yang tak boleh ditangani oleh Non-Muslim. Batasan ini tentu dapat kita pahami dengan jelas. Sebagaimana yang telah ditegaskan oleh ust. Hilmi Aminuddin, Islam adalah identitas PKS, dan identitas ini takkan diganti untuk selamanya. Adapun dalam kerja membangun negeri, maka sudah sewajarnya umat Non-Muslim turut serta.

Seputar 'keterbukaan' PKS ini, paling tidak ada dua hal yang sangat menarik untuk kita dalami bersama. Pertama, jika menggunakan kaca mata politik konvensional yang serba pragmatis, maka orang bisa saja menuduh bahwa isu ini diluncurkan PKS sebagai sebuah move politik untuk mendapatkan suara lebih banyak dari kalangan Non-Muslim. Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukkan bahwa bukanlah PKS yang mencari-cari suara, melainkan kalangan Non-Muslim itulah yang tertarik pada PKS. Laman situs Gatra telah memuat sebuah artikel menarik yang perlu kita cermati bersama, menceritakan tentang beberapa orang yang memutuskan untuk bergabung dalam gerbong PKS, meskipun mereka tahu betul bahwa PKS adalah partai Islam, sedangkan mereka tidak beragama Islam. Dari sisi ini, dapat kita katakan bahwa PKS telah berhasil mengejawantahkan dirinya sebagai rahmatan lil 'aalamiin (tentunya dengan segala kekurangan dan keterbatasannya) sehingga umat Non-Muslim pun bisa merasakan manfaat dari keberadaannya, bahkan mereka ingin terlibat di dalamnya.

Kedua, gelombang keterkejutan dan penolakan terhadap isu keterbukaan sekarang ini justru menjadi argumen yang menunjukkan kesalahannya sendiri. Jika orang mengatakan bahwa sejak Munas ke-2 ini PKS telah berubah, maka itu artinya ia telah menyatakan bahwa keterbukaan PKS tidak menjadikannya berubah. Sebab, PKS sebenarnya telah terbuka sejak dulu, bahkan kader Non-Muslim telah eksis sejak jamannya PK dahulu. Jika orang-orang baru ribut sekarang, setelah keberadaan kader-kader Non-Muslim diatur (dan dibatasi) dalam AD/ART PKS yang terbaru, maka itu artinya mereka tidak merasakan perubahan pada periode 1998-2009 yang lalu, padahal sejak masa-masa itu, PK dan PKS telah memiliki kader-kader Non-Muslim. Kekagetan yang dialami oleh sebagian pihak membuktikan bahwa selama ini PKS tetap mampu menjalankan agenda dakwah meskipun ada kader-kader Non-Muslim, sekaligus juga membuktikan bahwa mereka yang kaget sebenarnya tidak memahami seluk-beluk struktur dan jenjang kaderisasi PKS yang sebenarnya.

wassalaamu’alaikum wr. wb.

source : http://akmal.multiply.com/journal/item/796/PKS_Partai_Terbuka

Sabtu, 22 Mei 2010

Adakah Engkau

Engkaukah yang bersamaku ketika maut sedetik di hadapanku,
Engkaukah yang menangis bersamaku ketika fitnah itu mendera,
Engkaukah sandaranku ketika kucoba tegak menghadapi hidup,
Engkaukah yang mengetuk pintu ketika ku mengurung diri,
Engkaukah yang menenangkanku ketika masalah tak jua usai,
Engkaukah yang duduk bersamaku mengarungi lautan,
Engkaukah yang di sisiku kala ku dimaki,
Engkaukah yang mengusap air mataku kala kutertinggal,
Jika bukan, bagaimana engkau menceritakan setiap jengkal langkahku?
Sungguh, suatu tipu yang engkau katakan !

Kamis, 06 Mei 2010

Memang, semua tergantung pada niat

Bismillahirrahmanirrahim

Lama sekali blog ini terbiar begitu saja. Jikalau diumpamakan sebuah rumah, tentunya sudah berdebu di mana-mana :)

Memang, semuanya tergantung pada niat. Ketika memulai blog ini, yang terpikir ketika itu saya ingin meniru kawan-kawan yang bercerita pad blognya. Tentang apa saja yang terlintas pada pikirnya. Tetapi saya masih terlalu takut untuk bercerita, banyak kekhawatiran yang ternyata menimpa banyak orang yang ingin memulai, sama seperti saya.
Akhirnya justru menyalin tulisan orang lain dan rupanya terlalu tinggi untuk saya pahami :)

Terima kasih pada uda Akmal, meskipun tidak mengenal saya, tulisan-tulisan beliau banyak menambah wawasan, dan keberanian pada saya untuk mulai bercerita lagi. Kali ini, benar-benar tentang saya saja.

Terkait dengan judul tulisan ini, ada sebuah kisah yang saya dapat dari seorang adik saya.
Dia mendapat tugas membujuk kawan-kawannya agar mau menjadi anggota BEM di kampus. Berceritalah dia tentang bagaimana serunya menjadi seorang aktivis kampus. Tiba-tiba seorang teman, alumni dari kampus lain ikutan nimbrung.
"Enaknya menjadi anggota BEM itu, kalau ada acara, apa-apa kita bisa dapat gratis", katanya.
Memang, hanya bermaksud menambahkan salah satu serunya menjadi aktivis. Tetapi kalimat ini justru membuat si adik berfikir dan menarik kesimpulan tentang karakter sang alumni. Maka wajar saja, ketika sang alumni menjadi seorang pimpinan, ia dengan sesuka hatinya mengeluarkan dana untuk hal-hal yang seharusnya menggunakan dana pribadi. Itulah yang terpola dalam pikirannya. Jabatan berarti fasilitas gratis.

Memang, semua tergantung pada niat.

Minggu, 17 Januari 2010

Pengangguran Haroki

Oleh: Musyaffa Ahmad Rohim, Lc
Dakwatuna.com – Syeikh Muhammad Ghazali Rahimahullah berkata, “Dalam suasana pengangguran terlahir ribuan keburukan dan menetas berbagai bakteri kebinasaan, jika kerja merupakan message kehidupan, maka para penganggur adalah orang-orang yang mati, dan jika dunia ini merupakan efek dari tanaman kehidupan yang lebih besar, maka para penganggur adalah sekumpulan manusia yang paling pantas dikumpulkan dalam keadaan bangkrut, tidak ada panen bagi mereka selain kehancuran dan kerugian.”
Ada beragam penyakit tarbawi yang sangat berbahaya, jika ia tersebar dalam barisan dakwah, dan mendapatkan tempat dalam jiwa personelnya, maka pasti yang terjadi adalah keterpurukan, keguguran, menarik diri dan meninggalkan kancah dakwah secara diam-diam, kemudian kebangkrutan dalam arti yang luas dan menyeluruh
Di antara penyakit tersebut dan utamanya adalah al-bithalah ad-da’awiyah (pengangguran da’awi) atau al-kasal al-haraki (kemalasan haraki) atau futur, al-faragh (tidak ada pekerjaan), al-qu’ud ‘anil ‘amal (berpangku tangan), at-taqa’us ‘an ada’ al-wajib (tidak menunaikan kewajiban), at-tanashshul minal qiyam bil maham ad-da’awiyah (tidak menjalankan tugas-tugas da’wah) yang sangat beragam, istimra’ halat ar-rahah (terbiasa menikmati suasana santai), at-taharrur min tahammul at-tabi’ah wal mas-uliyyah (berlepas diri dari upaya memikul beban dan tanggung jawab).
Semua tadi merupakan gejala satu penyakit yang jika menimpa para aktivis di medan dakwah dan harakah, niscaya menimpa pada posisi yang mematikan, kecuali jika segera mendapatkan kebangkitan hati, atau mengambil ibrah dari suatu mau’izhah, atau mengambil manfaat dari suatu nasihat, dan tentunya, sebelum, saat dan setelah itu ia mendapatkan rahmat, kebersamaan dan taufiq Allah SWT.
Berdasarkan pengalaman dan mu’ayasyah (interaksi) tampak bahwa ada sejumlah faktor yang memberi andil bagi terjadinya penyakit ini, utamanya adalah:

* Menurunnya tingkat keikhlasan dan masuknya niat yang tidak baik.
* Ada masalah pada unsur-unsur pemahaman
* Tidak mengetahui jati diri dakwah dan harakah
* Merespon berbagai godaan dunia dan mengejar kemilauannya yang palsu
* Melupakan ghayah, atau inhiraf dan lalai darinya
* Putus asa, frustasi dan memprediksi keburukan
* Mengambang dan target yang tidak jelas
* Tidak interaktif dengan proses tarbawi
* Menghilangnya akhlaq yang menjadi tuntutan marhalah, seperti: tsabat, sabar, tsiqah, tajarrud, tadh-hiyah dan lainnya.
* Melemahnya rasa tanggung jawab
* Merasa panjang perjalanan dakwah yang mesti ditempuh
* Menghilangnya semangat dan padamnya bara keinginan untuk beramal
* Rancunya jenjang prioritas, kalaupun masih ada, dakwah ditempatkan pada posisi prioritas paling akhir
* Berkaratnya sisi ruhani, tarbawi dan imani serta rusaknya komitmen
* Buntunya selera beramal serta tidak merasakan kelezatan mengerahkan jerih payah fi sabilillah
* Hilangnya citarasa berlelah dan bersungguh-sungguh beramal di berbagai medan dakwah
* Kehilangan rasa ber-intima’ kepada dakwah dan harakah dan semakin kurusnya unsur-unsur wala’ kepadanya.

* Tertutupnya bentuk izzah kepada manhaj dakwah dan dinginnya ghirah terhadapnya
* Melemahnya immunitas fikriyah, imaniyah dan tarbawiyah

Semua faktor, sebab ini mendorong seseorang untuk qu’ud (berpangku tangan), menarik diri, menjauh dari lapangan amal dan membikin-bikin alas an untuknya. Karenanya, seseorang yang seperti ini akan menjadi beban berat dakwah dan harakah. Akibat berikutnya, dakwah semakin merintih karena memikul bebannya dan menyeretnya, padahal seharusnya, orang itulah yang semestinya memikul dakwah serta membawanya kepada cakrawala masa depan yang luas
Jika penyakit pengangguran da’awi dan haraki menyebar, akan muncullah ribuan perilaku-perilaku rendah, baik dalam skala perseorangan maupun jama’i, sebab, “barisan yang didalamnya tersebar pengangguran, maka akan banyaknya kerusuhan” dan “rumah yang kosong, akan banyak kebisingan.”
Maka hendaklah para pembawa panji dakwah dan harakah tidak berhenti di tengah jalan. Jangan pula semangatnya mendingin dan efektivitasnya padam setiap kali berhembus angin keputusasaan. Jangan pula harakahnya lumpuh, jalannya terhenti dan arahnya berubah saat bertiup badai fitnah, sebab mereka mengetahui bahwa, “Sifat mulia terkait dengan hal-hal yang tidak disukai, dan kebahagiaan tidak dapat dicapai kecuali melalui jembatan kesulitan, karenanya, tidak mengantarkan untuk mencapainya kecuali menggunakan kapal keseriusan dan kesungguhan.”
Tidak ada kegiatan bagi pasukan infantry adalah ghaflah. Di antara penghancur tekad adalah mimpi yang terlalu jauh dan senang bersantai-santai. Angan-angan hendaklah diiringi amal, jika tidak, ia hanyalah sekedar mimpi yang terpulang kepada pemiliknya. Suatu hari Alhasan al-bashri melihat seorang pemuda yang bermain-main dengan batu kecil sambil berdoa, “Ya Allah, nikahkan aku dengan bidadari”, maka Al-Hasan berkata, “Anda adalah pelamar yang paling buruk, melamar bidadari dengan modal main-main batu kecil!”
Begitu juga dengan kita, tidak mungkin kita melamar cinta kasih tamkin, taghyir dan ishlah sementara kita bermain-main dengan sesuatu yang lebih rendah dari batu kecil, sementara itu kita adalah para penganggur, bermalas-malasan, dan cukup menjadi penonton, sebab, seorang pelamar mestilah membawa mahar, dan “siapa yang meminang wanita cantik, maka ia tidak mempedulikan mahalnya mahar.” Dan sebagaimana dinyatakan oleh imam Al-Banna rahimahullah:
“Saya dapat membayangkan seorang mujahid adalah seseorang yang menyiapkan segala yang diperlukannya, membawa yang diperlukannya, niat jihad telah memenuhi seluruh jiwa dan hatinya, selalu dipikirkan, memberi perhatian besar, selalu dalam posisi siap, jika diundang memenuhi, jika dipanggil menyambut, paginya, petangnya, pembicaraannya, omongannya, kesungguhannya dan main-mainnya tidak melampaui medan yang ia telah persiapkan dirinya untuknya, dan ia tidak mengambil selain fungsi yang sesuai dengan kehidupan dan kehendaknya. Spirit berjihad fi sabilillah dapat dibaca dari garis-garis wajahnya, tampak dalam kilatan sinar matanya, dan terdengar dari celetukan lisannya sesuatu yang menggambarkan betapa besar gelora yang ada dalam hatinya, gelora yang selalu ada, menjadi duka hatinya yang terpendam. Juga terbaca dari jiwanya yang bertekad membaja, semangat tinggi dan cita-cita yang jauh. Itulah sosok mujahid, secara personal maupun bangsa. Engkau dapat melihatnya secara jelas pada suatu bangsa yang menyiapkan dirinya untuk berjihad tampak pada forum-forumnya dan klub-klubnya, tampak di pasar dan di jalan, terasa di sekolah, di rumah, terlihat pada generasi muda dan tua, lelaki dan wanita, sehingga anda membayangkan bahwa semua tempat merupakan medan, dan setiap gerakan adalah jihad.
Saya dapat membayangkan hal ini karena jihad merupakan buah dari pemahaman yang melahirkan perasaan, menghilangkan ghaflah, perasaan membangkitkan perhatian dan kebangkitan, dan perhatian berdampak kepada jihad dan amal. Dan masing-masing mempunyai dampak dan penampilan
Adapun mujahid yang tidur sekenyangnya, makan sepuasnya, tertawa sekerasnya dan menghabiskan waktu untuk bermain-main, maka bagaimana mungkin termasuk yang beruntung atau terhitung dalam barisan mujahidin?!”
Umat yang berpandangan bahwa perannya dalam berjihad hanyalah kosa kata yang diucapkan, atau makalah yang ditulis, lalu jika hati mereka diperiksa ternyata kosong, saat diuji perhatiannya melompong, tenggelam dalam ghaflah dan tidur yang molor, maka tempat, forum dan klub mereka tidak ditemui selain hal-hal tidak berguna, ketidakseriusan, main-main, hiburan dan menghabiskan waktu tanpa guna. Seluruh perhatian perseorangannya hanyalah kesenangan yang fana, kelezatan semu, bersantai-santai dan bersenang-senang, maka umat yang seperti ini lebih dekat kepada main-main daripada serius dan bahkan tidak mengenal keseriusan sama sekali.
Jadi, pengangguran adalah jalan kebangkrutan, sementara kepeloporan, kepemimpinan dan ketokohan tidak dapat diraih kecuali dengan keseriusan dan kesungguhan dan tidak dapat dicapai kecuali dengan segudang pengorbanan. Hal ini terbukti secara praktis sepanjang sejarah dan seorang aktivis dakwah dan harakah semestinya merupakan bagian dari mata rantai emas para nabi, rasul, sahabat, tabiin, ulama dan dai aktivis, karenanya, ia tidak akan mendapatkan kehormatan sebagai anggota dan diberi kartu keanggotaan kecuali jika ia telah membayar. Dan Ibnu Qayyim lebih berterus terang daripada saya, sebab ia memandang seseorang yang mengklaim menjadi bagian dari mata rantai mulia ini tanpa memberi bukti sebagai bentuk kebancian tekad. Beliau berkata:
“Wahai seseorang yang bertekad banci, di manakah kamu berada? Sementara jalan yang akan kamu tempuh adalah jalan di mana nabi Adam telah capek, nabi Nuh telah kehabisan suara, nabi Ibrahim telah dilemparkan ke dalam api, nabi Ismail telah digeletakkan untuk disembelih, nabi Yusuf telah dijual murah dan mendekam beberapa tahun dalam penjara, nabi Zakariya telah digergaji, nabi Yahya telah disembelih, nabi Ayyub telah menderita, nabi Daud telah melebihi kadar dalam menangis, nabi Isa telah berjalan sendirian dan nabi kita Muhammad SAW telah bergelut dengan berbagai kemiskinan dan berbagai rasa sakit, sedangkan engkau berbangga dengan hal-hal tidak berguna dan main-main??! !”

Terjemahan Artikel Jamal Zawari Ahmad
Sumber: http://www.islameia t.com/main/?c=54&a=3954

Senin, 11 Januari 2010

Ngeblog yukk

Bismillahirrahmanirrahim

Saya copy dari sini

assalaamu’alaikum wr. wb.

Saya tahu beliau orang sibuk. Selain menjabat sebagai Humas DPP PKS, beliau juga Humas-nya FPKS di DPR. Oleh karena itu, saya tidak banyak berharap ketika mengirimkan private message melalui account Facebook-nya. Maksudnya, mau dijawab pekan depan pun tak mengapalah. Tapi ternyata jawabannya sangat cepat. Sore itu saya kirim, malamnya sudah ada jawaban.

“Thayyib. Ayo kita ketemuan. Saya insya Allah sabtu lusa ada di Bogor.”

Pukul empat sore hari Sabtu itu, saya sudah menunggu di Masjid Ar-Rahman. Masjid yang sudah cukup lama tidak saya kunjungi, dan ternyata semakin rapi saja. Kira-kira setengah jam kemudian, yang ditunggu-tunggu pun tiba. Agak pangling, karena penampilannya tidak biasa. Kaca mata yang biasa dikenakannya tidak ada, berganti dengan lensa kontak.

Di salah satu kedai di jajaran Masjid Ar-Rahman itu, kami memesan kopi, teh manis, pisang dan roti bakar, sekedar untuk cemilan. Di kedai itu, beliau sudah seperti di rumah sendiri. Jajaran kedai di Jl. Bangbarung adalah hasil dari pemberdayaan komunitas yang telah dirintisnya dahulu. Hasilnya, selain kedai-kedai itu, adalah terbitnya koran komunitas Berita Tegalgundil (BT) dan radio komunitas. Semuanya digerakkan oleh anak-anak muda di Kelurahan Tegalgundil.

Setelah menerima pesanan kami, pemilik kedai langsung ikut mengobrol, menanyakan beberapa hal terkait isu-isu yang berkembang belakangan ini. Tentu saja, di Bogor, isu paling panas seputar PKS adalah tentang anggota dewan yang ditangkapi dengan tuduhan korupsi, termasuk anggota dewan dari PKS. Dari tiga anggota DPRD dari PKS periode 1999-2004, satu sudah dibui, satu sedang menjabat sebagai Wakil Walikota (dan karenanya tak bisa diperiksa tanpa ijin Presiden), dan satunya lagi konon buron.

Kasusnya sendiri sebenarnya cukup menggelikan, karena Jaksa menggunakan Peraturan Pemerintah (PP) yang telah dinyatakan tak berlaku oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dalam kasus serupa di Padang, beberapa waktu yang lalu. Berdasarkan PP yang sudah tidak berlaku itu, tunjangan yang diterima oleh para anggota dewan dianggap korupsi. Aksi koboi sang jaksa ini diperparah dengan dijebloskannya para mantan anggota dewan tersebut ke LP Paledang, padahal proses pengadilannya belum lagi berjalan. Media massa pun langsung menjatuhkan vonis. Sedemikian parahnya, sehingga ust. Nuruzzaman yang tengah terbaring di rumah sakit pun dianggap buron. Padahal semua orang tahu kondisi kesehatan beliau yang memang sering keluar-masuk rumah sakit. Saya ingat beberapa waktu yang lalu, surat kabar di Bogor bahkan mengedarkan karikatur beliau dengan wajah yang dibuat-buat sehingga nampak licik, lengkap dengan skenario pelarian beliau hingga ke Sumatera. Saya pun ingat betapa banyaknya tunjangan yang diterima oleh anggota dewan dari PKS pada periode 1999-2004 yang ‘disulap’ menjadi kegiatan-kegiatan yang dinikmati langsung oleh masyarakat. Sekarang, mereka pula yang harus menanggung beban tuduhan sebagai koruptor.

Itu hanyalah sebagian kecil masalah public relation yang dihadapi oleh PKS. Kenyataannya, media massa begitu sensitif pada PKS, sehingga setiap masalah selalu dibenturkan dengan anggota dewan, tokoh atau menteri dari PKS.

Contoh kasus yang paling baru adalah masalah mobil mewah yang diberikan untuk para menteri. Semua mata menyorot pada menteri-menteri PKS, dan bukan yang lain. Media seolah tak peduli pada fakta bahwa fasilitas tersebut telah dianggarkan oleh Sekretariat Negara pada periode sebelumnya. Seharusnya, tuntutan pengembalian mobil mewah dialamatkan kepada Mensesneg sebelumnya, atau minimal pada Mensesneg yang sekarang menjabat. Sebaliknya, media justru mencap para menteri (khususnya dari PKS) sebagai pemimpin yang tidak sensitif pada penderitaan rakyat. Padahal, tidak ada mekanisme bagi para menteri untuk mengembalikan mobil-mobil tersebut, atau menggantinya dengan mobil lain yang jauh lebih murah.

Masalah tersebut dirasakan langsung dampaknya oleh Menkominfo, ust. Tifatul Sembiring. Semua orang menanyakan soal mobil mewah pada beliau, padahal pengadaan mobil itu tak ada sangkut-pautnya dengan dirinya. Sementara mobil warisan Menkominfo sebelumnya sudah rusak parah, masyarakat sudah terlanjur marah dengan mobil baru. Akhirnya mobil lama tak dipakai, mobil baru tak diambil. Semua orang berteriak mubadzir, padahal mobil mewah itu akan semakin mubadzir jika tak dipakai. Alangkah baiknya mobil-mobil mewah itu dijual kembali kepada para pengusaha, misalnya, kemudian para menteri diberi kendaraan dinas yang 200-jutaan. Tapi itu semua adalah wewenang Presiden dan Mensesneg, bukan Menkominfo.

Masalah public relation inilah yang mempertemukan kami sore itu. Struktur DPP sudah kewalahan menghadapi penggalangan opini yang semakin liar, ditingkahi sikap sebagian kader yang begitu polos dan cinta pada kebenaran, sehingga kadang-kadang juga begitu mudah untuk diprovokasi.

Sebagai blogger, saya mengerti bahwa tidak semua orang ditakdirkan untuk menjadi penulis. Kebanyakan blogger adalah mahasiswa, pegawai kantoran, atau ibu rumah tangga. Kecuali mahasiswa, kebanyakan tidak punya waktu untuk terlibat dalam struktur, namun jelas punya waktu dan kemampuan yang cukup untuk menulis. Kebutuhan struktur akan penggalangan opini inilah yang hendak saya pertemukan dengan kebutuhan kader-blogger untuk melibatkan diri dalam perjuangan partai. Jika Humas DPP kehabisan tenaga, maka ada sekian banyak ikhwah blogger yang sebenarnya sudah siap berdiri di belakangnya. Salah satu manfaat penting dari kerja sama apik ini adalah terungkapnya jawaban dari setiap isu yang membuat hati kader resah selama ini. Ini cuma soal pembagian tugas.

Alhamdulillaah, gagasan yang sudah lama mengendap ini mendapat dukungan penuh. Lampu hijau sudah dinyalakan, sekarang tinggal tancap gas!

Telkomsel *268# : Bagaimana pelanggan yang tidak punya akses Google ?

Bismillahirrahmanirrahim

Saya copas postingan ini dari Pak Eko , bagus banget untuk nambah pengetahuan kita tentang content provider. Sengaja saya posting ulang karena mungkin ada sebagian dari kita yang begitu ada iklan 'reg spasi' atau *sekian sekian# langsung aja ikutan tanpa mikir lagi. Mudah-mudahan setelah baca ini, sebelum mengikuti sesuatu mikir dulu pulsa yang ditelan berapa :)

==================================================================
Siang tadi, saya berdiskusi panjang dengan istri dan juga teman-teman, tentang sebuah rencana memiliki NEXUS ONE. Nexus one adalah mobile handset yang diluncurkan Google, awal januari 2009. Nexus One berbasis Android. Saya membutuhkannya untuk riset bagi ebConnect.com memasuki un-chartered future yaitu "Enterprise 2.0".

Tiba-tiba, sore hari ... sepulang dari masjid, istri saya bilang saya dapat SMS penawaran hadiah dari Telkomsel. Saya curiga, apakah ini dari Telkomsel ? Karena tertulis memang di sisi Sendernya : Telkomsel.

Sebuah tawaran yang EXCITING, TEMPTING, SEDUCING ... krn saya lagi butuh GADGET dengan cara MURAH !!!

Saya Google dan mendapatkan fakta bahwa banyak customer yang mendapatkan SMS yang sama. Bunyi SMS itu adalah :

"
selamat! Hari ini anda adl salah 1 dr 80 jt pelanggan yg memiliki
kesempatan dgn Rp.550!untuk dptkn kawasaki ninja,tiger,blakberry dll.tekan
*268# OK/call
"

Investigasi menunjukkan bahwa ini memang proyek resmi dari Telkomsel. Nampaknya --- CMIIW --- bekerja sama dengan content provider. Alhamdulillahnya ada Google,
jadi saya tidak perlu mengeluarkan sekian ribu rupiah untuk diberikan ke Telkomsel.


Ini beberapa posting terkait, yang membuat saya mendapat informasi untuk berkata : TIDAK ! Ini sesuatu yang bagi saya TIDAK MENARIK !?!


Layanan Lelang Murah *268# dari Telkomsel
http://oldfirehand.wordpress.com/2009/10/26/layanan-lelang-murah-268-dari-telkomsel/

Telkomsel meluncurkan Layanan Lelang Murah pada menu *268# dan efektif berlaku sejak 20 Oktober 2009. Program ini dapat diikuti oleh seluruh pelanggan Telkomsel (tidak termasuk karyawan). Barang yang dilelang ditampilkan di menu Lelang Murah pada *268#. Menu tersebut juga dapat melihat kapan berakhirnya waktu lelang setiap periodenya.

Peserta lelang atau penawar, melakukan penawaran atas barang yang dipilihnya dengan jalan menambahkan harga terakhir dari barang yang di pilih, melalui fasilitas yang terdapat pada menu Lelang Murah. Penambahan harga yang berlaku adalah sebesar Rp.5 per penambahan.

Tekan *268# Ajaib Muncul Tulisan Biaya Akses Info Ini Rp 2200
http://suarapembaca.detik.com/read/2009/12/28/093348/1266695/283/tekan--268

Masalahnya kenapa tidak dijelaskan dari awal jika sekali mengakses info tersebut terkena Rp 2200? Padahal saya kira biaya semuanya hanya Rp 550 seperti pemberitahuan SMS awal Telkomsel.

Bayangkan jika sekian juta pelanggan melakukan hal yang sama seperti saya pulsa berkurang Rp 550 + Rp 2200 = Rp 2750. Itu jika ingin informasi sekali saja. Bagaimana jika mengaskes info tersebut lebih dari satu kali. Berapa juta atau bahkan ratusan juta keuntungan yang didapat Telkomsel.


Lelang Murah
http://mall268.com/lelang/
Layanan Lelang Murah merupakan Program kerjasama Cequal Indonesia dengan Telkomsel. Program ini adalah membeli barang secara murah dengan cara lelang, melalui UMB *268#. Program ini berlangsung secara Periodik, 2 x 24 jam. Peserta bisa mengikuti program ini dengan tekan *268# OK/CALL, Menu Lelang Lelang ada dinomer 1 kemudian bisa mengikuti langkah- langkah selanjutnya.


Alhamdulillahnya, saya bisa mengakses Google untuk bisa mendapatkan informasi ini ... Sebuah langkah sangat cerdas dari Content Provider untuk mendapatkan keuntungan ... Sayangnya Telkomsel TIDAK MENJELASKAN BIAYA SMS-nya. Saya mendapatkan informasinya di situs Content Provider :

Tarif sebesar Rp.2000,- ( belum termasuk PPN 10%)
Tarif tersebut akan dikenakan saat si Peserta Lelang mendapatkan balsan berupa SMS info harga yang ditawar


Sayangnya informasi ini tidak disebarluaskan DI AWAL !!!

Saya sudah menggunakan Telkomsel lebih dari 5 tahun ... saya merasa Telkomsel tidak melindungi saya sebagai customer-nya dari Content Provider yang memanfaatkan customer-base milik Telkomsel. Andai saya tidak mempunyai akses ke Google ... berapa rupiah akan saya BELANJAKAN untuk Telkomsel ? Dan berapa ribu pelanggan Telkomsel yang bisa jadi membuat "UN-INFORMED DECISION" ?!?