Minggu, 17 Januari 2010

Pengangguran Haroki

Oleh: Musyaffa Ahmad Rohim, Lc
Dakwatuna.com – Syeikh Muhammad Ghazali Rahimahullah berkata, “Dalam suasana pengangguran terlahir ribuan keburukan dan menetas berbagai bakteri kebinasaan, jika kerja merupakan message kehidupan, maka para penganggur adalah orang-orang yang mati, dan jika dunia ini merupakan efek dari tanaman kehidupan yang lebih besar, maka para penganggur adalah sekumpulan manusia yang paling pantas dikumpulkan dalam keadaan bangkrut, tidak ada panen bagi mereka selain kehancuran dan kerugian.”
Ada beragam penyakit tarbawi yang sangat berbahaya, jika ia tersebar dalam barisan dakwah, dan mendapatkan tempat dalam jiwa personelnya, maka pasti yang terjadi adalah keterpurukan, keguguran, menarik diri dan meninggalkan kancah dakwah secara diam-diam, kemudian kebangkrutan dalam arti yang luas dan menyeluruh
Di antara penyakit tersebut dan utamanya adalah al-bithalah ad-da’awiyah (pengangguran da’awi) atau al-kasal al-haraki (kemalasan haraki) atau futur, al-faragh (tidak ada pekerjaan), al-qu’ud ‘anil ‘amal (berpangku tangan), at-taqa’us ‘an ada’ al-wajib (tidak menunaikan kewajiban), at-tanashshul minal qiyam bil maham ad-da’awiyah (tidak menjalankan tugas-tugas da’wah) yang sangat beragam, istimra’ halat ar-rahah (terbiasa menikmati suasana santai), at-taharrur min tahammul at-tabi’ah wal mas-uliyyah (berlepas diri dari upaya memikul beban dan tanggung jawab).
Semua tadi merupakan gejala satu penyakit yang jika menimpa para aktivis di medan dakwah dan harakah, niscaya menimpa pada posisi yang mematikan, kecuali jika segera mendapatkan kebangkitan hati, atau mengambil ibrah dari suatu mau’izhah, atau mengambil manfaat dari suatu nasihat, dan tentunya, sebelum, saat dan setelah itu ia mendapatkan rahmat, kebersamaan dan taufiq Allah SWT.
Berdasarkan pengalaman dan mu’ayasyah (interaksi) tampak bahwa ada sejumlah faktor yang memberi andil bagi terjadinya penyakit ini, utamanya adalah:

* Menurunnya tingkat keikhlasan dan masuknya niat yang tidak baik.
* Ada masalah pada unsur-unsur pemahaman
* Tidak mengetahui jati diri dakwah dan harakah
* Merespon berbagai godaan dunia dan mengejar kemilauannya yang palsu
* Melupakan ghayah, atau inhiraf dan lalai darinya
* Putus asa, frustasi dan memprediksi keburukan
* Mengambang dan target yang tidak jelas
* Tidak interaktif dengan proses tarbawi
* Menghilangnya akhlaq yang menjadi tuntutan marhalah, seperti: tsabat, sabar, tsiqah, tajarrud, tadh-hiyah dan lainnya.
* Melemahnya rasa tanggung jawab
* Merasa panjang perjalanan dakwah yang mesti ditempuh
* Menghilangnya semangat dan padamnya bara keinginan untuk beramal
* Rancunya jenjang prioritas, kalaupun masih ada, dakwah ditempatkan pada posisi prioritas paling akhir
* Berkaratnya sisi ruhani, tarbawi dan imani serta rusaknya komitmen
* Buntunya selera beramal serta tidak merasakan kelezatan mengerahkan jerih payah fi sabilillah
* Hilangnya citarasa berlelah dan bersungguh-sungguh beramal di berbagai medan dakwah
* Kehilangan rasa ber-intima’ kepada dakwah dan harakah dan semakin kurusnya unsur-unsur wala’ kepadanya.

* Tertutupnya bentuk izzah kepada manhaj dakwah dan dinginnya ghirah terhadapnya
* Melemahnya immunitas fikriyah, imaniyah dan tarbawiyah

Semua faktor, sebab ini mendorong seseorang untuk qu’ud (berpangku tangan), menarik diri, menjauh dari lapangan amal dan membikin-bikin alas an untuknya. Karenanya, seseorang yang seperti ini akan menjadi beban berat dakwah dan harakah. Akibat berikutnya, dakwah semakin merintih karena memikul bebannya dan menyeretnya, padahal seharusnya, orang itulah yang semestinya memikul dakwah serta membawanya kepada cakrawala masa depan yang luas
Jika penyakit pengangguran da’awi dan haraki menyebar, akan muncullah ribuan perilaku-perilaku rendah, baik dalam skala perseorangan maupun jama’i, sebab, “barisan yang didalamnya tersebar pengangguran, maka akan banyaknya kerusuhan” dan “rumah yang kosong, akan banyak kebisingan.”
Maka hendaklah para pembawa panji dakwah dan harakah tidak berhenti di tengah jalan. Jangan pula semangatnya mendingin dan efektivitasnya padam setiap kali berhembus angin keputusasaan. Jangan pula harakahnya lumpuh, jalannya terhenti dan arahnya berubah saat bertiup badai fitnah, sebab mereka mengetahui bahwa, “Sifat mulia terkait dengan hal-hal yang tidak disukai, dan kebahagiaan tidak dapat dicapai kecuali melalui jembatan kesulitan, karenanya, tidak mengantarkan untuk mencapainya kecuali menggunakan kapal keseriusan dan kesungguhan.”
Tidak ada kegiatan bagi pasukan infantry adalah ghaflah. Di antara penghancur tekad adalah mimpi yang terlalu jauh dan senang bersantai-santai. Angan-angan hendaklah diiringi amal, jika tidak, ia hanyalah sekedar mimpi yang terpulang kepada pemiliknya. Suatu hari Alhasan al-bashri melihat seorang pemuda yang bermain-main dengan batu kecil sambil berdoa, “Ya Allah, nikahkan aku dengan bidadari”, maka Al-Hasan berkata, “Anda adalah pelamar yang paling buruk, melamar bidadari dengan modal main-main batu kecil!”
Begitu juga dengan kita, tidak mungkin kita melamar cinta kasih tamkin, taghyir dan ishlah sementara kita bermain-main dengan sesuatu yang lebih rendah dari batu kecil, sementara itu kita adalah para penganggur, bermalas-malasan, dan cukup menjadi penonton, sebab, seorang pelamar mestilah membawa mahar, dan “siapa yang meminang wanita cantik, maka ia tidak mempedulikan mahalnya mahar.” Dan sebagaimana dinyatakan oleh imam Al-Banna rahimahullah:
“Saya dapat membayangkan seorang mujahid adalah seseorang yang menyiapkan segala yang diperlukannya, membawa yang diperlukannya, niat jihad telah memenuhi seluruh jiwa dan hatinya, selalu dipikirkan, memberi perhatian besar, selalu dalam posisi siap, jika diundang memenuhi, jika dipanggil menyambut, paginya, petangnya, pembicaraannya, omongannya, kesungguhannya dan main-mainnya tidak melampaui medan yang ia telah persiapkan dirinya untuknya, dan ia tidak mengambil selain fungsi yang sesuai dengan kehidupan dan kehendaknya. Spirit berjihad fi sabilillah dapat dibaca dari garis-garis wajahnya, tampak dalam kilatan sinar matanya, dan terdengar dari celetukan lisannya sesuatu yang menggambarkan betapa besar gelora yang ada dalam hatinya, gelora yang selalu ada, menjadi duka hatinya yang terpendam. Juga terbaca dari jiwanya yang bertekad membaja, semangat tinggi dan cita-cita yang jauh. Itulah sosok mujahid, secara personal maupun bangsa. Engkau dapat melihatnya secara jelas pada suatu bangsa yang menyiapkan dirinya untuk berjihad tampak pada forum-forumnya dan klub-klubnya, tampak di pasar dan di jalan, terasa di sekolah, di rumah, terlihat pada generasi muda dan tua, lelaki dan wanita, sehingga anda membayangkan bahwa semua tempat merupakan medan, dan setiap gerakan adalah jihad.
Saya dapat membayangkan hal ini karena jihad merupakan buah dari pemahaman yang melahirkan perasaan, menghilangkan ghaflah, perasaan membangkitkan perhatian dan kebangkitan, dan perhatian berdampak kepada jihad dan amal. Dan masing-masing mempunyai dampak dan penampilan
Adapun mujahid yang tidur sekenyangnya, makan sepuasnya, tertawa sekerasnya dan menghabiskan waktu untuk bermain-main, maka bagaimana mungkin termasuk yang beruntung atau terhitung dalam barisan mujahidin?!”
Umat yang berpandangan bahwa perannya dalam berjihad hanyalah kosa kata yang diucapkan, atau makalah yang ditulis, lalu jika hati mereka diperiksa ternyata kosong, saat diuji perhatiannya melompong, tenggelam dalam ghaflah dan tidur yang molor, maka tempat, forum dan klub mereka tidak ditemui selain hal-hal tidak berguna, ketidakseriusan, main-main, hiburan dan menghabiskan waktu tanpa guna. Seluruh perhatian perseorangannya hanyalah kesenangan yang fana, kelezatan semu, bersantai-santai dan bersenang-senang, maka umat yang seperti ini lebih dekat kepada main-main daripada serius dan bahkan tidak mengenal keseriusan sama sekali.
Jadi, pengangguran adalah jalan kebangkrutan, sementara kepeloporan, kepemimpinan dan ketokohan tidak dapat diraih kecuali dengan keseriusan dan kesungguhan dan tidak dapat dicapai kecuali dengan segudang pengorbanan. Hal ini terbukti secara praktis sepanjang sejarah dan seorang aktivis dakwah dan harakah semestinya merupakan bagian dari mata rantai emas para nabi, rasul, sahabat, tabiin, ulama dan dai aktivis, karenanya, ia tidak akan mendapatkan kehormatan sebagai anggota dan diberi kartu keanggotaan kecuali jika ia telah membayar. Dan Ibnu Qayyim lebih berterus terang daripada saya, sebab ia memandang seseorang yang mengklaim menjadi bagian dari mata rantai mulia ini tanpa memberi bukti sebagai bentuk kebancian tekad. Beliau berkata:
“Wahai seseorang yang bertekad banci, di manakah kamu berada? Sementara jalan yang akan kamu tempuh adalah jalan di mana nabi Adam telah capek, nabi Nuh telah kehabisan suara, nabi Ibrahim telah dilemparkan ke dalam api, nabi Ismail telah digeletakkan untuk disembelih, nabi Yusuf telah dijual murah dan mendekam beberapa tahun dalam penjara, nabi Zakariya telah digergaji, nabi Yahya telah disembelih, nabi Ayyub telah menderita, nabi Daud telah melebihi kadar dalam menangis, nabi Isa telah berjalan sendirian dan nabi kita Muhammad SAW telah bergelut dengan berbagai kemiskinan dan berbagai rasa sakit, sedangkan engkau berbangga dengan hal-hal tidak berguna dan main-main??! !”

Terjemahan Artikel Jamal Zawari Ahmad
Sumber: http://www.islameia t.com/main/?c=54&a=3954

Senin, 11 Januari 2010

Ngeblog yukk

Bismillahirrahmanirrahim

Saya copy dari sini

assalaamu’alaikum wr. wb.

Saya tahu beliau orang sibuk. Selain menjabat sebagai Humas DPP PKS, beliau juga Humas-nya FPKS di DPR. Oleh karena itu, saya tidak banyak berharap ketika mengirimkan private message melalui account Facebook-nya. Maksudnya, mau dijawab pekan depan pun tak mengapalah. Tapi ternyata jawabannya sangat cepat. Sore itu saya kirim, malamnya sudah ada jawaban.

“Thayyib. Ayo kita ketemuan. Saya insya Allah sabtu lusa ada di Bogor.”

Pukul empat sore hari Sabtu itu, saya sudah menunggu di Masjid Ar-Rahman. Masjid yang sudah cukup lama tidak saya kunjungi, dan ternyata semakin rapi saja. Kira-kira setengah jam kemudian, yang ditunggu-tunggu pun tiba. Agak pangling, karena penampilannya tidak biasa. Kaca mata yang biasa dikenakannya tidak ada, berganti dengan lensa kontak.

Di salah satu kedai di jajaran Masjid Ar-Rahman itu, kami memesan kopi, teh manis, pisang dan roti bakar, sekedar untuk cemilan. Di kedai itu, beliau sudah seperti di rumah sendiri. Jajaran kedai di Jl. Bangbarung adalah hasil dari pemberdayaan komunitas yang telah dirintisnya dahulu. Hasilnya, selain kedai-kedai itu, adalah terbitnya koran komunitas Berita Tegalgundil (BT) dan radio komunitas. Semuanya digerakkan oleh anak-anak muda di Kelurahan Tegalgundil.

Setelah menerima pesanan kami, pemilik kedai langsung ikut mengobrol, menanyakan beberapa hal terkait isu-isu yang berkembang belakangan ini. Tentu saja, di Bogor, isu paling panas seputar PKS adalah tentang anggota dewan yang ditangkapi dengan tuduhan korupsi, termasuk anggota dewan dari PKS. Dari tiga anggota DPRD dari PKS periode 1999-2004, satu sudah dibui, satu sedang menjabat sebagai Wakil Walikota (dan karenanya tak bisa diperiksa tanpa ijin Presiden), dan satunya lagi konon buron.

Kasusnya sendiri sebenarnya cukup menggelikan, karena Jaksa menggunakan Peraturan Pemerintah (PP) yang telah dinyatakan tak berlaku oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dalam kasus serupa di Padang, beberapa waktu yang lalu. Berdasarkan PP yang sudah tidak berlaku itu, tunjangan yang diterima oleh para anggota dewan dianggap korupsi. Aksi koboi sang jaksa ini diperparah dengan dijebloskannya para mantan anggota dewan tersebut ke LP Paledang, padahal proses pengadilannya belum lagi berjalan. Media massa pun langsung menjatuhkan vonis. Sedemikian parahnya, sehingga ust. Nuruzzaman yang tengah terbaring di rumah sakit pun dianggap buron. Padahal semua orang tahu kondisi kesehatan beliau yang memang sering keluar-masuk rumah sakit. Saya ingat beberapa waktu yang lalu, surat kabar di Bogor bahkan mengedarkan karikatur beliau dengan wajah yang dibuat-buat sehingga nampak licik, lengkap dengan skenario pelarian beliau hingga ke Sumatera. Saya pun ingat betapa banyaknya tunjangan yang diterima oleh anggota dewan dari PKS pada periode 1999-2004 yang ‘disulap’ menjadi kegiatan-kegiatan yang dinikmati langsung oleh masyarakat. Sekarang, mereka pula yang harus menanggung beban tuduhan sebagai koruptor.

Itu hanyalah sebagian kecil masalah public relation yang dihadapi oleh PKS. Kenyataannya, media massa begitu sensitif pada PKS, sehingga setiap masalah selalu dibenturkan dengan anggota dewan, tokoh atau menteri dari PKS.

Contoh kasus yang paling baru adalah masalah mobil mewah yang diberikan untuk para menteri. Semua mata menyorot pada menteri-menteri PKS, dan bukan yang lain. Media seolah tak peduli pada fakta bahwa fasilitas tersebut telah dianggarkan oleh Sekretariat Negara pada periode sebelumnya. Seharusnya, tuntutan pengembalian mobil mewah dialamatkan kepada Mensesneg sebelumnya, atau minimal pada Mensesneg yang sekarang menjabat. Sebaliknya, media justru mencap para menteri (khususnya dari PKS) sebagai pemimpin yang tidak sensitif pada penderitaan rakyat. Padahal, tidak ada mekanisme bagi para menteri untuk mengembalikan mobil-mobil tersebut, atau menggantinya dengan mobil lain yang jauh lebih murah.

Masalah tersebut dirasakan langsung dampaknya oleh Menkominfo, ust. Tifatul Sembiring. Semua orang menanyakan soal mobil mewah pada beliau, padahal pengadaan mobil itu tak ada sangkut-pautnya dengan dirinya. Sementara mobil warisan Menkominfo sebelumnya sudah rusak parah, masyarakat sudah terlanjur marah dengan mobil baru. Akhirnya mobil lama tak dipakai, mobil baru tak diambil. Semua orang berteriak mubadzir, padahal mobil mewah itu akan semakin mubadzir jika tak dipakai. Alangkah baiknya mobil-mobil mewah itu dijual kembali kepada para pengusaha, misalnya, kemudian para menteri diberi kendaraan dinas yang 200-jutaan. Tapi itu semua adalah wewenang Presiden dan Mensesneg, bukan Menkominfo.

Masalah public relation inilah yang mempertemukan kami sore itu. Struktur DPP sudah kewalahan menghadapi penggalangan opini yang semakin liar, ditingkahi sikap sebagian kader yang begitu polos dan cinta pada kebenaran, sehingga kadang-kadang juga begitu mudah untuk diprovokasi.

Sebagai blogger, saya mengerti bahwa tidak semua orang ditakdirkan untuk menjadi penulis. Kebanyakan blogger adalah mahasiswa, pegawai kantoran, atau ibu rumah tangga. Kecuali mahasiswa, kebanyakan tidak punya waktu untuk terlibat dalam struktur, namun jelas punya waktu dan kemampuan yang cukup untuk menulis. Kebutuhan struktur akan penggalangan opini inilah yang hendak saya pertemukan dengan kebutuhan kader-blogger untuk melibatkan diri dalam perjuangan partai. Jika Humas DPP kehabisan tenaga, maka ada sekian banyak ikhwah blogger yang sebenarnya sudah siap berdiri di belakangnya. Salah satu manfaat penting dari kerja sama apik ini adalah terungkapnya jawaban dari setiap isu yang membuat hati kader resah selama ini. Ini cuma soal pembagian tugas.

Alhamdulillaah, gagasan yang sudah lama mengendap ini mendapat dukungan penuh. Lampu hijau sudah dinyalakan, sekarang tinggal tancap gas!

Telkomsel *268# : Bagaimana pelanggan yang tidak punya akses Google ?

Bismillahirrahmanirrahim

Saya copas postingan ini dari Pak Eko , bagus banget untuk nambah pengetahuan kita tentang content provider. Sengaja saya posting ulang karena mungkin ada sebagian dari kita yang begitu ada iklan 'reg spasi' atau *sekian sekian# langsung aja ikutan tanpa mikir lagi. Mudah-mudahan setelah baca ini, sebelum mengikuti sesuatu mikir dulu pulsa yang ditelan berapa :)

==================================================================
Siang tadi, saya berdiskusi panjang dengan istri dan juga teman-teman, tentang sebuah rencana memiliki NEXUS ONE. Nexus one adalah mobile handset yang diluncurkan Google, awal januari 2009. Nexus One berbasis Android. Saya membutuhkannya untuk riset bagi ebConnect.com memasuki un-chartered future yaitu "Enterprise 2.0".

Tiba-tiba, sore hari ... sepulang dari masjid, istri saya bilang saya dapat SMS penawaran hadiah dari Telkomsel. Saya curiga, apakah ini dari Telkomsel ? Karena tertulis memang di sisi Sendernya : Telkomsel.

Sebuah tawaran yang EXCITING, TEMPTING, SEDUCING ... krn saya lagi butuh GADGET dengan cara MURAH !!!

Saya Google dan mendapatkan fakta bahwa banyak customer yang mendapatkan SMS yang sama. Bunyi SMS itu adalah :

"
selamat! Hari ini anda adl salah 1 dr 80 jt pelanggan yg memiliki
kesempatan dgn Rp.550!untuk dptkn kawasaki ninja,tiger,blakberry dll.tekan
*268# OK/call
"

Investigasi menunjukkan bahwa ini memang proyek resmi dari Telkomsel. Nampaknya --- CMIIW --- bekerja sama dengan content provider. Alhamdulillahnya ada Google,
jadi saya tidak perlu mengeluarkan sekian ribu rupiah untuk diberikan ke Telkomsel.


Ini beberapa posting terkait, yang membuat saya mendapat informasi untuk berkata : TIDAK ! Ini sesuatu yang bagi saya TIDAK MENARIK !?!


Layanan Lelang Murah *268# dari Telkomsel
http://oldfirehand.wordpress.com/2009/10/26/layanan-lelang-murah-268-dari-telkomsel/

Telkomsel meluncurkan Layanan Lelang Murah pada menu *268# dan efektif berlaku sejak 20 Oktober 2009. Program ini dapat diikuti oleh seluruh pelanggan Telkomsel (tidak termasuk karyawan). Barang yang dilelang ditampilkan di menu Lelang Murah pada *268#. Menu tersebut juga dapat melihat kapan berakhirnya waktu lelang setiap periodenya.

Peserta lelang atau penawar, melakukan penawaran atas barang yang dipilihnya dengan jalan menambahkan harga terakhir dari barang yang di pilih, melalui fasilitas yang terdapat pada menu Lelang Murah. Penambahan harga yang berlaku adalah sebesar Rp.5 per penambahan.

Tekan *268# Ajaib Muncul Tulisan Biaya Akses Info Ini Rp 2200
http://suarapembaca.detik.com/read/2009/12/28/093348/1266695/283/tekan--268

Masalahnya kenapa tidak dijelaskan dari awal jika sekali mengakses info tersebut terkena Rp 2200? Padahal saya kira biaya semuanya hanya Rp 550 seperti pemberitahuan SMS awal Telkomsel.

Bayangkan jika sekian juta pelanggan melakukan hal yang sama seperti saya pulsa berkurang Rp 550 + Rp 2200 = Rp 2750. Itu jika ingin informasi sekali saja. Bagaimana jika mengaskes info tersebut lebih dari satu kali. Berapa juta atau bahkan ratusan juta keuntungan yang didapat Telkomsel.


Lelang Murah
http://mall268.com/lelang/
Layanan Lelang Murah merupakan Program kerjasama Cequal Indonesia dengan Telkomsel. Program ini adalah membeli barang secara murah dengan cara lelang, melalui UMB *268#. Program ini berlangsung secara Periodik, 2 x 24 jam. Peserta bisa mengikuti program ini dengan tekan *268# OK/CALL, Menu Lelang Lelang ada dinomer 1 kemudian bisa mengikuti langkah- langkah selanjutnya.


Alhamdulillahnya, saya bisa mengakses Google untuk bisa mendapatkan informasi ini ... Sebuah langkah sangat cerdas dari Content Provider untuk mendapatkan keuntungan ... Sayangnya Telkomsel TIDAK MENJELASKAN BIAYA SMS-nya. Saya mendapatkan informasinya di situs Content Provider :

Tarif sebesar Rp.2000,- ( belum termasuk PPN 10%)
Tarif tersebut akan dikenakan saat si Peserta Lelang mendapatkan balsan berupa SMS info harga yang ditawar


Sayangnya informasi ini tidak disebarluaskan DI AWAL !!!

Saya sudah menggunakan Telkomsel lebih dari 5 tahun ... saya merasa Telkomsel tidak melindungi saya sebagai customer-nya dari Content Provider yang memanfaatkan customer-base milik Telkomsel. Andai saya tidak mempunyai akses ke Google ... berapa rupiah akan saya BELANJAKAN untuk Telkomsel ? Dan berapa ribu pelanggan Telkomsel yang bisa jadi membuat "UN-INFORMED DECISION" ?!?