Jumat, 08 Oktober 2010

Salah jadwal, lagi..

Bismillahirrahmanirrahim


Kalau Mba Samsiah nulis tentang hal konyol yang pernah dilakukannya, maka kali ini saya mau cerita kekonyolan yang baru saja saya lakukan.

Tadi siang dapat sms dari ustad, ngabarin ada rapat jam 7 malam. Ya sudah, ba'da magrib saya segera bersiap dan tiba di DPD on time jam 7. Masih sepi dan yang jaga bersiap untuk isya di mesjid. Saya pikir biasalah, kalo ada rapat selalu ngaret paling tidak setengah jam. Cuma agak heran biasanya ustad dan keluarganya udah nongol duluan, tapi kok sampai satu jam ditungguin ga muncul juga. Sempat baca 2 halaman dan merelakan beberapa tetes darah untuk nyamuk *lebay mode on* akhirnya kesal juga. Sebelum * neror * nanya, baca lagi sms itu.

"Assalamu'alaikum. Diharapkan kehadiran ustad/zah dalam rapat DPD pada ahad, 10 okt jam 19.00 ...... "

Ahad !!! Sekarang Jum'at, kata siapa rapatnya malam ini ?? Malunyaaa....

Alhamdulillah ga ada yang nanyain ngapain bengong sendirian di dpd. Kalau sempat ada yang nanya, trus beliau nanya ke ustad, mau taro di mana ni muka ?


Kejadian salah baca jadwal gini tak cuma sekali dua terjadi -_-"
Dulu, ada rapat mulainya jam 06.00 saya bacanya 16.00. Saya baru ditelpon satu jam kemudian dan rapat pun dibatalkan karena peserta ada yang sudah masuk kantor jam 7.30. Apakah karena saya orang sangat penting sehingga harus ditunggu baru mulai rapat? Bukan, karena kunci sekre saya yang pegang =))

Trus ada kondangan, saya kira mulainya setelah ashar. Tau-tau ada teman nanyain kok ga datang, ternyata acaranya pagi -_-"

Pernah juga di'usir pulang', gegara rapatnya malam itu khusus bapak-bapak. Ibu-ibu rapatnya sore besoknya. Ustad yang 'ngusir' senyum-senyum, saya serasa pengen masuk lubang


Padahal sudah mewanti-wanti diri agar membaca sms undangan dengan seksama supaya tidak kejadian lagi. Ternyata tetap terulang T_T

Bermain Peran

Bismillah

Anak-anak belajar dengan bermain. Sudah banyak yang mengatakan demikian. Saya sendiri sering menyaksikan, saat belajarpun mereka main-main. Tetapi begitu ditanya, jawabannya tepat. Bahkan ada yang ditambahi dengan jawaban versi sendiri :))

Yang paling sering, dan mungkin selalu, adalah bermain peran. Kejar-kejaran, pura-pura jadi polisi dan penjahat *masih belum ngerti polisi sekarang tak identik lagi dengan orang baek2 ;p
Main masak-masakan, jual beli, macam-macam deh. Takjub dengan ide mereka, jauh bener bedanya dengan masa kecilku dulu.

Tapi terkadang miris juga dengar celotehan mereka. Memerankan karakter sinetron populer lengkap dengan dialognya. Padahal sinetron-sinetron itu temanya sangat tak mendidik.

*Aku gak mau punya mama tiri!!* (lengkap dengan adegan banting pintu juga, padahal bahasa daerah kami berbeda dengan sinetron)

*Mama pergi belanja dulu ya Pa..* (yang meranin papa bengong ditinggal sendirian hihihi..)

*************************************************************************************

Kalau anak-anak di Paud, perannya bukan berdasarkan sinetron, melainkan sesuai mainan yang ada, gurunya pun ikutan main :)

*Jual ikan..jual ikan ! lima ribu..lima ribu ! ikan patin..ikan bakar...siapa beli ! * (salut dengan yang satu ini, setau saya jarang penjual ikan yg jualan teriak-teriak. ntah dari mana dapat idenya)
*Ibuk sakit apa? sini saya suntik..* (kalau saya pasiennya, udah kabur duluan :DD )

Tadi siang, saya menyaksikan drama lucu. Pemerannya para guru, murid-murid sebagai penonton aktif. Sebenarnya, gurunya stres seharian menghadapi jeritan dan tangisan anak-anak. Tapi kalau sedang nonton ataupun main drama seperti ini mereka akan duduk tenang.
Tidak sadar trik mereka menenangkan anak menimbulkan dua manfaat, menghilangkan stres dan memberikan pelajaran berharga pada anak.

Standing applause untuk para pendidik..


main dokter-dokteran, Oye (baju ungu) dokternya, yg lain antri jadi pasien :D

Kamis, 07 Oktober 2010

Poligami oh Poligami

Bismillah

Poligami, suatu kata yang kadang menjadi momok menakutkan bagi seorang istri. Padahal tidak demikian adanya. Kesulitan saya menjawab pertanyaan tentang poligami terjawab pada tulisan Kang Zen ini. Bagi saya, poligami adalah sunnah yang tidak perlu diotak-atik hukumnya, sebab ia telah tercantum dalam Al-Qur'an dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
======================================================================================

Kang Zen, Suami saya mau berpoligamiii....

1. Saya tidak mendukung ataupun mendukung siapapun untuk berpoligami, tapi saya mendukung siapa pun untuk menegakkan kebenaran, walaupun hal itu terlihat/terasa tidak benar, aneh, atau bahkan menyakitkan.

2. Ketahuilah, bahwa "perasaan" tidak boleh dijadikan standar utama untuk menegakkan kebenaran. Tapi Standarnya harus Al-Quran dan Sunnah., itulah kebenaran.

3. Adapun jika "perasaan" istri pertama sakit ( atau cemburu) ketika suaminya berpoligami, maka rasa sakit itulah yang dinilai oleh Allah sebagaimana pahalanya seorang pria yang Mati Syahid di medan Jihad. Justru hal yang aneh jika ada wanita yang tidak sakit hati jika suaminya menikah lagi.

4. Tapi rasa sakit itu bisa berkurang atau dikurangi dengan cara belajar melepaskan rasa memiliki. Istri boleh memiliki suami tapi tidak boleh merasa memilikinya, semua hanya amanah, semua milik ALLAH. Cinta hadir bukan untuk saling memiliki tapi cinta hadir agar kita lebih dekat dengan yang Maha Memiliki.

5. Dan Sang Istri pun sebenarnya bisa menilai, apakah suaminya sudah pantas/layak untuk berpoligami? Jika suaminya dianggap belum pantas untuk berpoligami, maka bolehlah untuk menghalanginya, jangan sampai suaminya tercinta itu - terjebak oleh dosa-dosa yang baru pada istrinya yang baru. Tapi jika suaminya sudah dianggap pantas untuk berpoligami, kenapa harus dihalangi? apa jawaban/alasan si istri di hadapan Allah kelak jika menghalangi sesuatu yang dihalalkan oleh ALLAH?

6. Dan, menurut saya pribadi, jika seorang Suami belum "berhasil" membantu istrinya agar berlepas darinya dan bergantung kepada ALLAH, dan agar bisa mencintainya karena ALLAH - bukan karena "sosok" suami itu, dan si suami pun belum mampu membantu agar istrinya paham hakikat dari poligami, apalagi jika si suaminya memang belum paham hakikat dari poligami (pahamnya baru pemenuhan hawa nafsu saja); maka memang tak pantas suami model begitu untuk berpoligami (ingat : tak pantas bukan tak boleh). Apalagi jika sholat malam saja si suami masih sering meninggalkan dan sholat jamaah masih sering telat. Maka suami seperti itu TIDAK LAYAK untuk berpoligami.

note :
Lebih baik mencintai kerepotan yang produktif daripada meropatkan masalah cinta yang tidak produktif... ayo lepaskan saja dirinya dan kembalilah padaNYA...

Wallahu alam
Afwan
KZ
http://cahaya-semesta.com/