Kamis, 13 Januari 2011

RASULULLAH (MEMANG) MELARANG ALI MEMADU FATHIMAH

Bismillahirrahmanirrahim


Referensi yang bagus untuk menjawab orang-orang yang menolak poligami dengan alasan : Fatimah saja tidak mau dimadu oleh Ali.

***********************************

Seorang teman datang kepada saya menanyakan tentang poligini, berhubung putrinya sedang ancang-ancang menerima pinangan seorang lelaki yang sudah beristri dan ia menganggap saya punya sedikit pengetahuan lebih tentang poligini. Sebagai orang tua, ia berhak dan layak khawatir mencermati maraknya pemberitaan tentang penyimpangan-penyimpangan pelaku poligini, yang kemudian menyengsarakan istri dan anak.

"Mbak...Rasulullah saja melarang Ali memadu Fathimah, apalagi kita."

Aha...ternyata alasan klasik itu yang jadi senjata andalan. Saya menyebutnya : diskon hadith.

Saya pun terdorong mencari dan mencari, mengapa Rasulullah melarang Ali memadu Fathimah. Bagi saya, tidak mungkin lelaki terbaik sepanjang jaman yang nama dan teladannya ditorehkan di dalam Al-Qur'an dengan seenak udelnya melarang (baca : mengharamkan) menantunya mengamalkan salah satu hal yang dihalalkan oleh Allah, hanya dengan bekal alasan "sayang anak."

Imam Bukhari meletakkan hadith ini dalam bab "kasih sayang orang tua kepada anak". Peletakan ini terkait kekhawatiran Rasulullah atas Fathimah dan adalah wajar seorang ayah melindungi anaknya dari rasa sakit (fisik maupun psikis), tetapi Muhammad bin Abdullah (salallahu alaihi wa salam) sangat tidak mungkin menggadaikan imannya hanya karena alasan sesempit itu. Rasa sayang & kekhawatiran Rasulullah, pasti berbeda fondasi dari apa2 yang disangka sebagian orang dewasa ini.

Atas sumbangan informasi beberapa sahabat, inilah kronologis peristiwa yang terangkai dari berbagai hadith.



*****



Setahu saya tidak ada hadith yg menyatakan Fathimah secara ekplisit menolak untuk dimadu. Tidak banyak yang tahu bahwa Putri Abu Jahal yg ditawarkan kepada Ali ra. untuk dinikahi sebetulnya pada saat ditawarkan sudah memeluk Islam.

Ibnu Hajar menafsirkan melalui hadis riwayat Zuhri, yg berbunyi :

''Bahwa Ali telah melamar putri Abu Jahal atas Fatimah dan ketika Fatimah mengetahuinya, ia mendatangi Nabi Saw mengatakan :

"umatmu sedang ramai membicarakan " (ket : lihat Ibnu Hajar hal 239)

Kemudian diriwayatkan oleh Abdullah bin Abi Ziyad :

"Ketika berita itu sampai kepada Fatimah, ia mengatakan kpd ayahnya : 'Orang orang mengira bahwa engkau tidak marah untuk Putrimu, dan ini atas orang yang akan menikahi putri Abu Jahal'".

Tidak ada riwayat Fathimah berkata : "Ya ayahku, aku tak sudi dimadu." Fathimah justru memberi penekanan kepada 'menikahi putri Abu Jahal'. Ini menunjukkan hubungan garis keturunan (nasab) calon madunya dengan Abu Jahal-lah yang dipermasalahkan. Kita akan membahas hubungan tersebut (terkait dengan kultur masyarakat Arab) di bawah ini.

Diriwayatkan dari Miswar bin Makhramah ia berkata :

"Saya mendengar Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wasallam bersabda ketika ia berada di atas mimbar :

" Sesungguhnya Bani Hasyim bin al Mughirah minta izin untuk menikahkan putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib. SAYA TIDAK MENGIZINKAN, kemudian (tsumma) SAYA TIDAK MENGIZINKAN, kemudian (tsumma) SAYA TIDAK MENGIZINKAN , kecuali putra Abi Thalib menceraikan Putriku dan menikahi putri mereka. Karena sesungguhnya dia (FATIMAH) adalah bagian dari diriku, mencemaskanlu apa yang mencemaskannya dan menyakitiku apa yg menyakitinya" (HR Bukhari)

Potongan hadith Rasulullah bersabda di atas mimbar ini amat sering (kalau tidak ingin mengatakan menjadi andalan) digunakan sebagai alasan untuk menolak poligini. Tetapi perhatikan riwayat selanjutnya, dimana Rasulullah masih melanjutkan sabda beliau sbb :

“Sesungguhnya aku tidak mengharamkan yang halal dan tidak menghalalkan yang haram (poligini - pen). Tapi, demi Allah, TIDAK AKAN BERKUMPUL PUTRI RASULULLAH -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- DENGAN PUTRI MUSUH ALLAH SELAMANYA”.(Shahih Muslim:2449)

Senada dengan pernyataan Fathimah, hubungan antara calon madu dengan Abu Jahal-lah yang juga menjadi pertimbangan penolakan Rasulullah.

Jika memotong hadith sampai di sini pun masih terkesan seolah Rasulullah menolak Ali ra. memadu putri beliau, hanya berbekal "rasa sayang seorang ayah terhadap putrinya". Dan ini bertentangan dg riwayat bahwa Rasulullah tidak pernah mengistimewakan putri2 beliau atas muslimah yg lain, seperti diriwayatkan sebagai berikut :

Kata al Athtar :

"Tidak di dapatkan dari Nabi saw bahwa Beliau mengkhususkan Fatimah dgn hukum2 tertentu untuknya. Justru yg nyata dari Nabi saw adalah Beliau memperlakukan Fatimah sebagaimana Umat Islam lainnya."

Sabda Nabi Shalallaahu 'alaihi wasallam :

" Demi yg memegang Jiwaku, sekalipun Fatimah binti Muhammad mencuri, sungguh akan aku potong tangannya " (HR Muslim)

Maka 2 riwayat tersebut memperkuat penjelasan sabda Rasulullah sbb :

"Bukannya aku mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, akan tetapi demi Allah, sekali lagi AKU TIDAK IJINKAN BERKUMPUL ANAK RASULULLAH BERSAMA ANAK MUSUH ALLAH (abu jahal) selamanya" (HR Bukhori 3110)(Fiqh Sunnah 2/245/246)

Tetapi mengapa Rasulullah tidak mengijinkan berkumpul anak Rasulullah bersama anak musuh Allah? Bukankan anak musuh Allah itu sendiri sudah memeluk Islam. Ini jawabnya :

Riwayat Zuhri yg lain , bahwa Nabi saw :

" Saya khawatir akan TERFITNAH (rusak) AGAMANYA "......(Ibnu Hajar)

Maka jelaslah, bahwa bagi Fathimah dan terlebih Muhammad bin Abdullah (salallahu alaihi wa salam) perkara fitnah agama adalah perkara terpenting melebihi cacat badan, hilangnya nyawa sendiri ataupun orang yg dicintai.


*****


Sekarang mari kita bayangkan kondisi Rasulullah dan Fathimah ketika itu :

Tempatkan diri sebagai Fathimah, putri Rasulullah, yg sejak kecil menyaksikan betapa tidak hanya Abu Jahal secara kejam dan licik menyakiti ayah anda tetapi juga menyalahi risalah yg dibawanya.

Maukah anda membiarkan suami anda menikahi anaknya, meskipun anaknya sudah memeluk Islam?

Dalam pernikahan, terlebih dalam kultur masyarakat Arab pada saat itu, seorang laki2 tidak hanya bergaul dg perempuan yg dinikahinya, ia juga akan bergaul dan terikat berbagai kewajiban terhadap mertuanya. Karena masyarakat Arab memandang mertua berkedudukan sama seperti orang tua kandung.

Bisakah anda bayangkan bagaimana Fathimah harus menerima Ali memenuhi kewajibannya terhadap mertuanya yg nota bene adalah musuh Allah?

Bisakah anda bayangkan akan jadi mertua seperti apa Abu Jahal?

Bisakah anda bayangkan fitnah apa yg akan ia lontarkan terhadap Rasulullah, Fathimah & di atas segalanya, Allah?

Bisakah anda bayangkan betapa energi rumah tangga akan terserap habis hanya untuk menghadapi pemfitnah seperti Abu Jahal?

Bisakah anda bayangkan pengaruhnya ini terhadap orang lain yg tidak mengerti situasi rumah tangga Fathimah sehingga akan timbul fitnah demi fitnah bagi Fathimah & Rasulullah?

Jika anda bisa membayangkannya, maka semua riwayat dan tafsir di atas menjadi lebih terang, saling berkaitan satu dg lainnya, tanpa saling menyalahi. Bahwa bukanlah Rasulullah menentang hukum Allah hanya dan hanya karena perasaan terhadap putrinya, melainkan karena kecintaan beliau terhadap Allah semata.

Seluruh hidup Muhammad Rasulullah salallahu alaihi wa salam dijalani dengan iman, setiap keputusannya dilandasi oleh iman. Semoga kita tidak termasuk mereka yg meyakini bahwa satu saja keputusan beliau hanya dilandasi oleh perasaan, karena sungguh sikap ini merendahkan kedudukan beliau sebagai "teladan yg baik sepanjang masa".

Terlebih lagi karena mereka akan berlanjut berfikiran : "Jadi boleh saja menolak syari'ah demi perasaan, toh Rasulullah mencontohkan demikian."

Na'udzubillahi min dzalik.


Wallahu 'alam.



*****



Jazakum Allah khairan kepada kontributor-kontributor rangkaian hadith tentang penolakan Rasulullah terhadap rencana Ali bin Abi Thalib memadu Fathimah.

Sumber : http://benih99.multiply.com/journal/item/28/RASULULLAH_MEMANG_MELARANG_ALI_MEMADU_FATHIMAH