Jumat, 17 Oktober 2008

Penantian itu berakhir juga

Beberapa hari yang lalu, satu lagi pernikahan yang kuhadiri. Perjuangan sang pengantin perempuan untuk sampai ke pelaminan cukup melelahkan. Kendala yang terbesar justru datang dari keluarga sendiri. Ketika pertama kali mengajukan keinginan menikah, jawaban yang didapat sungguh memilukan. Boleh saja nikah, tapi biaya kuliah di hentikan karena bukan tanggung jawab mereka lagi. Terpaksa keinginan nikah ditunda dulu karena calon suami juga tidak mampu membiayai kuliah dan terikat janji harus membiayai usaha orang tua selama beberapa tahun. Kali kedua setelah lulus kuliah, lagi-lagi jawaban yang didapat mengecewakan. Tunggu kakak perempuan nikah dulu, tidak baik melangkahi orang yang sudah berjasa besar seperti beliau. Maka ia menunggu dan kali ini rasanya tidak akan lama karena sang kakak telah memiliki calon. Calon suami diizinkan datang mengkhitbah, tanggal telah ditetapkan, walau sang kakak mengatakan tidak akan menghadiri acara tersebut. Meski sakit, ia bisa berbahagia sebentar lagi penantian itu berakhir. Tapi rencana hanyalah rencana, Allah jua yang menentukan. Beberapa bulan menjelang hari H, sang kakak mendapatkan undangan dari pacarnya, akan menikah pada bulan yang sama. Demi menjaga perasaan kakak agar tidak sakit hati dua kali, pernikahanpun diundurkan. Selama masa penantian, berbagai cara dijalankan, semua bantuan dikerahkan untuk melunakkan hati sang kakak. Alhamdulillah, sehari sebelum akad nikah, sang kakak dilamar orang. Walimah pun dilaksanakan dengan cukup meriah. Handai taulan datang dari berbagai kota. Namun meski sangat sibuk mengurus dan mengatur semuanya, sang kakak tetap dingin terhadap adiknya. Entahlah, mungkin ini bentuk kasih sayangnya yang tak mampu diucapkan terhadap adik yang selama ini dijaga dan dibesarkan. Wallahu ‘alam.

Tidak ada komentar: