Minggu, 10 Mei 2009

Can You Keep a Secret??

Di suatu tempat, saat sedang jaga dagangan
Teman ( T ) : “ Kak, katanya kak A akan nikah bulan ini, bener ga sih? ”
Saya (S) : ” Masa ? Dengar dari siapa? ”
T : ” Ada deh..., katanya dengan ikhwan A ya?
S : ” Wallahu’alam, tanya aja sama orangnya. Mudah-mudahan memang benar ”

Suatu hari, dalam perjalanan pulang dari kajian
T : ” Tau nggak ukh, ukhti B akan nikah dalam waktu dekat ini”
S : ” Oya? Baru dengar”
T : ” Iya, sebetulnya masih belum diumumkan karena tanggalnya belum pasti. Tapi anti jangan bilang siapa-siapa dulu ya, ini rahasia ! ”

Di rumah, saat dikunjungi seorang teman
T : ” Kasihan ya ukhti C, ga jadi nikah lagi ”
S : (mengerutkan kening, dengan wajah bingung)
T : ” Iya, ikhwannya yang membatalkan, padahal keluarga dah saling bertemu ”
S : ” Kok tau? ”
T : ” Ya tau lah, ada yang cerita ”
S : ” siapa?”
T : ” Ada deh....”


Di rumah seorang bunda
T : ” Memang dasar deh si ikhwan itu, masa buat ulah lagi ”
S : ” Haaa?? ”
T : ” Iya, dia tuh bla....bla...bla.... bikin pusing aja ”
S : masih ternganga
T : ” Yang kemaren aja belum selesai, sampai enek melihat mukanya ”
T : ” Ceritanya gini ..... bla...bla....bla ”
S : ga sempat ngomong, takjub dengar sang bunda cerita dengan cepat


Saat menghadiri kajian, ketika belum terlalu ramai orang
T : ” Ta’aruf kemaren gimana? Jadi? ” (dengan gaya berbisik tapi cukup kuat untuk di dengar 2- 3 orang di sebelahnya)
T2 : ” Insya Allah jadi..... ” (wajah bersemu merah menahan malu)


Suatu tempat, selesai rapat, masih terdapat beberapa orang peserta rapat
T : ” Masalah warisan kemaren itu gimana? Sudah selesai? ”
S : (kaget, tak menyangka akan di tanya seperti itu ) ” Insya Allah sudah, kami bertanya pada ustad yang kami kenal sejak lama ”
T : ” Dulu, sewaktu bapak saya meninggal, saya dan adek-adek ga minta warisan. Menimbang perasaan ibu supaya ga sedih. Kasihan kan beliau, bapak baru meninggal kok anak-anaknya dah ribut minta warisan ”
S : wajah memerah menahan marah



Sekretariat, saat sedang menyiapkan peralatan,
S : ” Afwan Ukh, ana dengar cerita tentang anti lagi ”
T : ” Nggak kok ukh, Cuma isu. Bukan ana ”
S : ” Gitu ya.... ceritanya cepat menyebar ya..... ana dah tau cerita anti yang dulu-dulu ”
T : ” Itu lah....padahal ana gak ada cerita-cerita. Tapi kok justru berkembang. Heran deh, siapa sih yang menyebarkan ”

Cerita seperti ini sebenarnya masih banyak, tapi cukuplah 7 saja, nanti seperti naskah sandiwara ^_^
Cerita-cerita di atas memang tidak persis sama dengan yang asli, tapi memang benar-benar terjadi. Maksud hati ingin diam-diam, malah heboh sekampung. Tujuan curhat supaya dapat solusi atau sekedar melepaskan sesak yang menghimpit, bukan untuk jadi hot gossip.
Ternyata susah ya menjaga rahasia. Tak terkecuali pada orang-orang yang katanya lebih paham Islam dari orang awam. Justru ceritanya cepat sekali menyebar karena ruang lingkupnya yang kecil.
Oke lah jika beritanya tentang seorang akhwat yang kena musibah, bisa segera memberikan bantuan. Tapi berita semisal akhwat A yang dilamar (ini yang paling sering saya dengar) atau ikhwan B yang ditolak lamarannya, apa untungnya sih menyebarkan berita seperti ini? Yang ada justru orang yang digosipkan sakit hati mendengarnya, atau yang mendengar jadi sakit hati kok bukan dia yang dilamar.
Jaman saya masih sekolah dulu, seorang kakak di kost pernah bilang alasan kenapa berita sejenis ini di rahasiakan. Untuk menjaga harga diri orang yang bersangkutan. Sebab jika dari awal sudah disebarkan, ternyata bukan jodohnya, malunya bisa tak tertanggungkan. Akhirnya terjadilah pembunuhan karakter.
Padahal seorang muslim yang baik adalah orang yang orang lain aman dari lidahnya. Jika begini apa pantas menyebut diri lebih baik dari orang lain?
Bukankah telah ada aturan yang jelas dalam Al-Qur’an dan sunnah? Jika mendengar berita, daripada menduga-duga lebih baik bertanya langsung pada orangnya. Selesai. Tanpa prasangka yang tidak-tidak atau bahkan orang lain kena getahnya.
Jangan lupakan juga adab bertanya. Jika sifatnya pribadi, bersabarlah dulu, tanyakan setelah hanya tinggal berdua, atau ditemani orang yang bisa menjaga rahasia. Bertanya padanya di tengah keramaian, selain memancing amarah karena malu, juga memberikan kesan pada yang lain bahwa yang bertanya bukanlah orang yang bijak dan bisa di-black list-kan sebagai tempat curhat.
Waduh.....jadi panjang banget ya? Bukan ingin ghibah, hanya sekedar mengungkapkan unuek-unek yang sejak lama bercokol. Sebagai korban isu yang didasarkan azas praduga bersalah, tanpa investigasi terlebih dahulu (paham? Saya juga tidak ^_^), saya merasa hal ini perlu dituliskan. Agar kelak tidak terulang lagi, agar tidak ada saling curiga siapa yang dilamar oleh sang ikhwan idola ^_^ (yang ini gak penting banget ). Juga sebagai pengingat bahwa umat islam itu seperti satu tubuh, tatkala gigi yang sakit kepala juga jadi pusing (nyambung ga?)
Sekaligus peringatan kepada diri sendiri, para sahabat dan bunda yang selalu jadi tempat curhat, jika pada orang-orang yang dianggap amanah saja bisa terjadi seperti ini, kepada siapa lagi harus percaya? Sebab di luar sana pasti lebih banyak orang yang belum mampu hanya berkeluh kesah pada Allah.

Tidak ada komentar: