Senin, 25 Agustus 2008

Inhil ku


Perang telah dimulai. Di setiap sudut kota Tembilahan telah terpancang berbagai macam atribut kampanye. Baik atribut partai ataupun kandidat Bupati dan wakilnya. Bermacam-macam strategi mereka lancarkan. Dari cara kuno seperti bagi-bagi duit, seragam sampai cara yang termasuk baru di Indragiri Hilir ini, baliho besar dengan foto sang kandidat. Seru juga melihatnya. Tembilahan jadi lebih berwarna-warni, semarak.

Masing-masing kubu mengklaim didukung oleh kelompok ini, pemuda itu, masyarakat sana. Masing-masing kubu tidak mau kalah. Kalau hari ini kubu A pasang spanduk : Kami pemuda jln. M.Boya dukung A, besoknya muncul lagi spanduk : Kami pemuda jln. M.Boya tengah dukung B. Lucu rasanya, sejak kapan jln. M. Boya dibagi-bagi? Lebih lucu lagi ketika saya membaca spanduk : Kami pemuda jembatan 2 dukung B. Sebagai salah satu orang muda di wilayah ini saya bingung, kapan dan bila saya mengatakan mendukung beliau?

Tidak hanya perang spanduk, perang posko juga berlangsung. Ketika salah satu kubu bangun posko relawan di sudut jalan Diponegoro, kubu lain seperti kebakaran jenggot. Bangun juga posko disekitar posko sebelumnya. Bahkan kalau memungkinkan bangun disebelahnya. Sebagai penonton saya heran, apa perlu seperti itu? Tidak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk posko seperti ini, namun fungsinya boleh dibilang tidak banyak. Jika telah selesai masanya, toh akan dibiarkan begitu saja. Masih bagus kalau nantinya digunakan sebagai poskamling. Tapi sekarang saja lebih banyak digunakan sebagai tempat kongkow-kongkow sambil main judi.

Coba kalau uang segitu digunakan pada hal-hal yang lebih berguna, pasar sembako murah misalnya. Sambil menyelam minum air, sambil promosi sekalian membantu rakyat. Dengan begini imej sang kandidat bisa lebih baik. Walaupun kita tahu, semuanya sama saja, hanya beda tipis antara kandidat satu dengan yang lain.

Meskipun demikian, saya masih bisa maklum dengan cara seperti ini, masih bisa diterima oleh hati meskipun berat. Tapi ternyata ada kandidat lain yang memakai cara yang tidak etis. Katanya PNS harus netral, tapi kok justru kepala dinasnya yang menekan bawahannya supaya mendukung kandidat itu? Ada cerita dari seorang teman, kepala dinasnya pendukung kubu kuning, mewajibkan setiap bawahannya mencari setidaknya 5 nama untuk mendukung si kandidat. Kalau tidak dapat, maka akan dimutasikan untuk PNS, atau dipecat untuk yang masih honor. Tentu saja ancaman seperti ini menimbulkan ketakutan, terutama yang masih honor. Jaman susah cari kerja begini, mana boleh dipecat cuma karena 5 nama. Di sinilah muncul ide, sederhana tapi efektif untuk menghindari pemecatan. Tuliskan saja nama anak-anaknya yang masih SD atau nama kerabat yang telah meninggal, alamatnya tuliskan saja daerah-daerah pelosok yang jarang dikunjungi. Aman.

Apa benar demikian? Meski terlepas dari ancaman kepala dinas, tapi tidak akan terlepas dari jeratan rasa bersalah. Itu kalau masih punya hati nurani, kalau tidak yah…..

Sebenarnya ada cara yang paling mudah untuk menang. Tidak perlu mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk memperoleh dukungan. Bahkan mungkin tidak perlu keluar serupiahpun. Yaitu memiliki akhlak yang baik. Seperti yang terjadi di Malaysia. Tidak perlu berkampanye, namun rakyat telah mengetahui kebaikan akhlaknya dan dengan sukarela memilihnya.

Tapi rupanya cara inilah yang paling tidak mungkin dilakukan oleh para kandidat kita.

Ah, andai saja Indragiri Hilir memiliki seorang Umar bin Abdul Aziz……….

1 komentar:

agusta_hamied mengatakan...

pilkada adalah cara praktis dalam menumpuk kekayaan. semua cara dilakukan untuk mengejar impian agar bisa duduk dikursi panas tersebut. namun sayang pemimpin kita tdk punya etika dalam berperang.. bagi yang hari ini berkuasa menggunakan fasilitas dan kursi kekuasaan nya untuk dipilih..bagi yang tidak berkuasa berjuang dg cara2 yg licik dan sebagainya..satu hal yang kita lupa bagi para kandidat..siapkah kalah untuk perang terbuka dan etika demokrasi dijalankan atau tidak..andaikan negeri kita memilki karakter bereprang seperti hillary clinton dan barack obama yang tingkat kecerdasan politik ya sangat dewasa sekali..siap kalah dan apa lagi menang..usulan bagi para pendukung slah satu kandidat yakni adakah program yang benar2 berpihak pada masyarakat dan jelas kalimat ya tanpa ada multi tafsir dalam kampanye program nya..salah satunya adalah bagaimana menghentikan krisis energi listrik yang berkepanjangan diinhil..krisis minyak tanah ynag terus berlanjut..lansung pada teknis nya tanpa ada retorika2 politik..wallahu'alam