Rabu, 03 September 2008

KATA

Tidak ada seorangpun yang mengetahui apa yang akan terjadi di hari depannya. Dulu ketika masih kuliah saat dosen PPKn menerangkan tentang politik di Indonesia yang ada dipikiran adalah : ini dosen ngomongin apa sih? Ngapain orang-orang yang bakalan berhadapan dengan mesin dan bahan kimia dikasi ilmu politik? Nggak nyambung banget !! Namun takdir Allah berkata lain. Justru sekarang sebagian besar waktu saya habis di parpol, meski bukan orang penting. Dan tidak bersentuhan sama sekali dengan basic kuliah dulu. Rasanya lucu kala mengingat dulu berkata tidak mengerti dan tidak mau mengerti politik.

Masih terekam dalam memori saat seorang adik mengatakan hal-hal buruk tentang jilbab panjang yang kami pakai. Saat itu terucap olehnya tidak akan pernah menggunakan jilbab seperti kami, karena yang tertanamkan dalam pikirannya hanyalah prasangka buruk tentang jilbab ini. Waktu berlalu, terbukti Allah adalah Maha Pembolak-balik Hati. Ketika pulang liburan kuliah, saya bertemu dengannya dalam balutan gamis dan jilbab yang panjangnya lebih dari yang saya pakai ! Saya hanya ternganga ketika itu. Sambil senyum-senyum iseng saya tanyakan: siapa ya yang dulu ngejek jilbab ? Sambil senyum malu-malu ia bilang: itukan dulu, waktu belum paham. Rupanya ketika menginjakkan kaki dilingkungan kampus, para seniornya telah mengubah pandangannya yang salah tentang jilbab panjang.

Perkataan yang hebat terekam dalam sejarah. Seorang penulis terkenal (lupa namanya, Hemmingway, Flemmingway, yang bunyinya seperti itu), menasehati anaknya pria sejati tidak akan bunuh diri. Ia berkata demikian setelah ayahnya bunuh diri. Ironisnya ayah dan anak ini justru ditemukan meninggal bunuh diri.

Menjelang Pilkada dan Pemilu 2009, banyak kata terucap dari para calon pemimpin di negeri ini. Janji-janji diumbar. Semuanya mengatakan akan mengubah negeri ini menjadi lebih baik. Namun hanya waktu yang akan membuktikan apakah janji-janji itu dilaksanakan. Atau sama seperti pendahulunya, manis ketika masih sebagai calon, pahit ketika telah menduduki kursi empuk. Berempati dengan rakyat sebelum dipilih, namun mencampakkan rakyat setelah berada ditampuk kepemimpinan.

Kata-kata buruk yang keluar dari lisan kita, akan menjadi bumerang nantinya. Perkataan yang baik pun akan menjerumuskan jika tidak dilaksanakan dan tidak dijaga kebaikannya. Jadi berhati-hatilah dengan perkataan.

Tidak ada komentar: