Puing-puing identik dengan berserakan, tak beraturan, berantakan. Puing-puing sejarah, ia berantakan namun tetap mengandung makna. Begitupun dengan hati, ketika ia berantakan, berserakan, meski tak mempengaruhi banyak orang, serpihannya mengandung makna.
Patah karena cinta, hancur karena duka, lebur luluh lantak oleh jiwa yang merana. Semua menyebabkan ia menjadi puing-puing yang terserak di relung jiwa. Tiap kepingnya menyimpan rasa, nama, peristiwa. Tiap kepingnya mempunyai kisah. Namun yang ada hanya
Kita berusaha menyatukannya kembali. Satu persatu serpihannya dipungut. Disatukan sesuai ceritanya. Namun ia tetaplah tak sesempurna sebelumnya.
Sebab rasa sakit itu hanya ada pada saat ia patah, maka manisnya akan terasa ketika ia disatukan lagi.
(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar