Kamis, 25 September 2008

Puing-puing hati


Puing-puing identik dengan berserakan, tak beraturan, berantakan. Puing-puing sejarah, ia berantakan namun tetap mengandung makna. Begitupun dengan hati, ketika ia berantakan, berserakan, meski tak mempengaruhi banyak orang, serpihannya mengandung makna.

Patah karena cinta, hancur karena duka, lebur luluh lantak oleh jiwa yang merana. Semua menyebabkan ia menjadi puing-puing yang terserak di relung jiwa. Tiap kepingnya menyimpan rasa, nama, peristiwa. Tiap kepingnya mempunyai kisah. Namun yang ada hanya lara.

Kita berusaha menyatukannya kembali. Satu persatu serpihannya dipungut. Disatukan sesuai ceritanya. Namun ia tetaplah tak sesempurna sebelumnya. Ada saja serpihan yang tertinggal, terlupakan atau sengaja dilupakan. Adalah kita yang akan mengisi bagian yang kosong dengan harapan-harapan baru. Asa akan kisah yang lebih bahagia, sehingga duka lara menjadi masa lalu.

Sebab rasa sakit itu hanya ada pada saat ia patah, maka manisnya akan terasa ketika ia disatukan lagi.

(Di inspirasikan oleh seseorang, yang pernah broken heart?)

Tidak ada komentar: