Sabtu, 27 Desember 2008

Dan Allah pun Jadi Terdakwa

Tidak hanya dalam musibah berskala nasional saja saya selalu mendengar pernyataan seperti itu, tapi di setiap urusan kecil sehari-hari sama saja, pernyataan yang keluar itu itu juga.
Pernah saya menghadiri pesta pernikahan sepupu istri saya di desa. Saya datang tepat jam 10:00 sesuai jam yang tertera pada undangan. Kemudian satu demi satu para undangan berdatangan, sampai jam 12:00 semua undangan sudah hadir, tapi ijab belum dilaksanakan. Ternyata menunggu kiai yang akan memberikan ceramah. Kiai dari Jombang. Setelah datang dengan santainya kiai itu berkata “Panjenengan sedanten kedah sabar, kulo dateng telat meniko inggih sampun kersanipun Gusti Allah”. Coba pikir, dengan ditetapkannya undangan pada jam 10:00 semestinya tamu-tamu sudah bisa pulang sebelum zuhur, dan bisa sholat jama’ah di masjid. Tapi gara-gara kiai kurang ajar itu, terpaksa para tamu tidak bisa melaksanakan sholat zuhur berjama’ah. Apa itu maunya Allah? dia bilang itu maunya (kersanipun) Gusti Allah. Benar-benar kiai kurang ajar.
Kalau ada yang gagal dalam ujian SPMB atau gagal dalam audisi Indonesian Idol atau terkena eliminasi, maka yang diucapkan adalah “Mungkin ini adalah pilihan terbaik yang diberikan Allah kepada saya”.
Ini juga sering dilontarkan oleh selebriti yang belum punya anak “Kami belum diberi oleh yang diatas”.
Ada juga peristiwa yang sering terjadi di negeri kita ini, seorang pedagang kecil yang merasa sudah bekerja keras membanting tulang, pergi pagi pulang petang, ternyata uang yang didapat belum mencukupi kebutuhan hidup istri dan anak-anaknya. Istrinya marah-marah, tapi sang suami dengan merasa tawakkal berkata “Rejeki yang diberikan Allah untuk kita hari ini ya segini ini bu, ya kita terima saja”, karena menyebut-nyebut nama Allah akhirnya si istri terpaksa menahan marahnya. Apalagi keesokan harinya si istri mendapat nasihat dari Bu Nyai setelah curhat, begini nasihatnya “Sabar bu, rejeki sudah ada yang ngatur” atau “Diterima saja bu, tiap orang sudah punya jatah rejeki masing-masing”.
Masalah jodoh juga demikian, semua orang beranggapan bahwa pasangan hidup kita itu adalah orang yang sudah dijodohkan oleh Allah kepada kita. Allah yang menentukan kapan kita mendapatkan jodoh, siapa jodoh kita, dimana ketemunya, semua Allah yang menentukan.
Masalah kematian. Pemahaman yang beredar adalah bahwa semua orang sudah ditentukan kapan matinya, berapa usianya, dimana matinya. Sesehat apapun orang itu, pendek kata tidak ada satu faktorpun yang menyebabkan orang itu mati, tapi jika sudah saatnya mati maka orang itu pasti mati.
Memang benar Allah itu Maha Pengatur, tapi bagaimana Allah mengatur? kalau melihat pernyataan-pernyataan diatas jelas terbaca bahwa Allah adalah penentu atas segala hal yang terjadi. Allah dianggap sebagai dalang dan manusia adalah wayang. Itu semua adalah pemahaman sesat. Betapa kita selama ini telah menempatkan Allah sebagai terdakwa atas kegagalan, kecelakaan, kematian, musibah, dll. Secara tidak langsung kita telah menyatakan bahwa jika seseorang menjadi koruptor atau maling, maka itu adalah Allah yang menentukan. Coba kiai Jombang itu, seandainya dia kemalingan maka berarti bisa saja si maling berkata “Mbah kiai kedah sabar, kulo nyolong barang penjenengan meniko inggih sampun kersanipun Gusti Allah”.
Mari kita bertaubat, jangan lagi menempatkan Allah sebagai terdakwa atas musibah atau kegagalan yang kita alami. Gagal atau berhasil itu kita sendiri yang menentukan. Dengan bersikap demikian kita tidak perlu merasa telah menganggap Allah itu tidak berkuasa menentukan gagal atau berhasilnya urusan kita, Allah sangat bisa melakukan apa saja. Seandainya Allah mau…bisa saja seseorang dibuat berhasil meskipun dia tidak becus. Seandainya Allah mau…bisa saja seseorang dibuat gagal meskipun usaha yang dilakukan sudah benar. Tapi itu tidak dilakukan oleh Allah, karena Allah ingin menguji kita. Gagal atau berhasil sepenuhnya ada di tangan kita, gunakan akal kita untuk menimba ilmu sebanyak mungkin agar kita berhasil.
Jadi Maling Atau Ulama Bukan Allah Yang Menentukan Tapi Manusia Sendiri
Kita mulai taubat kita dengan memahami bahwa Allah itu mempunyai aturan sebab-akibat yang berlaku di alam semesta ini. Aturan itu bernama sunnatullah. Kapan aturan itu mulai berlaku? wallahu a’lam, tapi yang jelas sejak mulai berlakunya sampai sekarang, aturan itu tidak berubah. Sunnatullah adalah aturan yang sempurna. Tidak perlu amandemen.
Aturan ini berupa hubungan sebab akibat yang harmonis, seimbang, tidak mungkin keliru dan pasti. Mungkin jumlah rumus sebab-akibat itu jutaan, trilyunan, bilyunan atau mungkin mencapai sebuah angka yang belum terpikirkan oleh manusia, wallahu a’lam. Semuanya tertulis di dalam sebuah kitab disisi Allah. Didalam aturan tersebut jika sebuah sebab terpenuhi maka akibat yang dituliskan pasti terjadi, pasti…tidak mungkin mbleset. Manusia tidak bisa melihat langsung rumus sebab akibat itu. Itu ilmu Allah, rahasia Allah. Jika semua daun dibumi ini dijadikan kertas dan laut dijadikan tinta maka tidak akan cukup untuk menuliskan semua ilmu Allah. Manusia bisa mengetahui sebagian yang sangat kecil dari ilmu Allah itu melalui gejala alam dan bocoran resmi dari Allah yaitu Al-Qur’an.
Gejala-gejala itu sedikit demi sedikit ditemukan oleh manusia dan dimanfaatkan untuk banyak hal. Diantara dari gejala itu adalah jika beberapa benda dijatuhkan dari ketinggian yang sama didalam ruang hampa udara di bumi maka semuanya pasti akan menyentuh dasar ruangan secara bersamaan, meskipun berat benda-benda itu berbeda. Jika sebuah benda padat yang berat jenisnya lebih besar dari 1 kg/m3 diletakkan di air pasti benda itu tenggelam. Jika kita menghina keyakinan seseorang, maka orang itu pasti marah. Jika ada seorang laki-laki dewasa normal berduaan dengan wanita dewasa normal dan dua-duanya menggunakan pakaian yang minim atau menonjolkan kemolekan tubuh, pasti dalam diri keduanya terjadi birahi, dll. Itu adalah beberapa contoh gejala yang berhasil dipelajari oleh manusia. Sudah banyak gejala yang diketahui oleh manusia sampai saat ini.
Jadi itulah Kehendak Allah, sudah diciptakan sejak lama, yang jelas sebelum jagad raya ini diciptakan, karena jagad raya butuh aturan. Kita ini hidup mulai lahir sampai mati ya menjalankan Kehendak Allah itu, aturan Allah. Allah berkehendak jika kita begini maka kita akan jadi orang yang sehat, jika begini maka akan sakit, jika begini maka akan terjadi musibah, jika begini maka orang lain akan mengalami bencana, jika begini maka akan kaya, miskin, jadi maling, terjerumus ke dalam skandal perzinaan, dll. Nah kita sendiri yang memilih, masuk Kehendak Allah yang mana?
Ramalan Allah Pasti Terjadi
Bagaimana dengan “Rejeki, jodoh dan kematian manusia ada di tangan Allah”. Terjemahan dari kalimat itu adalah hari ini, besok dan seterusnya berapa rejeki yang kita dapatkan, itu Allah sudah tahu dan tercatat di dalam sebuah kitab. Siapa jodoh kita, ketemu dimana, tanggal berapa, dll itu Allah juga sudah tahu dan tercatat rapi. Kapan kita mati, dimana, apa penyebabnya, dll sudah tercatat semuanya di dalam sebuah kitab. Dan catatan itu pasti terjadi.
Terus bagaimana dengan penjelasan saya diatas? rejeki, jodoh dan kematian itu kita sendiri yang menentukan, kita sendiri yang milih siapa jodoh kita, kita sendiri yang memilih mau kerja keras atau bermalas-malasan, mau mencuri apa berdagang dengan jujur, kita sendiri yang menentukan berapa rejeki kita hari ini, besok dan seterusnya. Kita sendiri yang memilih mau naik kapal laut yang kelebihan muatan, atau naik pesawat yang kadaluwarsa sertifikat cek fisiknya, kita sendiri yang milih pingin mati cepat atau panjang umur.
Gimana nih? semua hal kita yang milih, tapi Allah sudah menetapkan semuanya didalam kitab dan pasti terjadi?
Jawabnya adalah semua yang dicatat didalam kitab itu adalah ramalan Allah atas apa yang akan kita pilih, bukan kemauan Allah atas semua hal yang harus kita pilih. Dan ramalan Allah pasti terjadi. Sebenarnya tidak pantas disebut ramalan, karena kita sudah terlanjur maklum bahwa ramalan itu bisa terjadi bisa tidak. Lebih pantas disebut Ketetapan Allah. Sejak kita lahir Allah sudah bisa meramal (menetapkan) kapan kita mati, siapa jodoh kita, berapa rejeki kita, dll. Kalau seorang dokter mungkin hanya bisa meramal berapa hari lagi pasien gagal ginjalnya akan mati. Maklumlah ilmu dokter itu seberapa? perumpamaannya kalau ilmu Allah itu adalah lautan, maka ilmu semua manusia jika dikumpulkan adalah sebanyak sisa air laut yang menempel di ujung jari setelah dicelupkan. BMG bisa meramal besok hujan apa tidak, para ahli ilmu perbintangan bisa menghitung dengan akurat kapan sebuah komet akan melewati bumi, tanggal, jam, menit sampai koordinatnya. Itu hanya mengandalkan ilmu yang setetes, bagaimana dengan Allah yang ilmunya Maha Luas?
Maka sangat masuk akal jika Allah tahu jodoh kita. Sudah tertulis di kitab Allah, tanggal berapa kita jadian, lamaran, menikah, siapa jodoh kita, dimana, dll. Semua itu sudah tertulis dan pasti terjadi. Dan ini bukan berarti Allah menentukan jodoh kita, semua itu terjadi atas kemauan kita sendiri, usaha kita sendiri, Allah hanya meramal.
Sangat masuk akal jika Allah tahu kematian kita, sudah tertulis di kitab Allah, tanggal dan jam berapa kita mati, apa yang menjadi penyebab kematian kita, dimana, dll. Ini juga tidak berarti Allah itu menentukan “Si Fulan mati tanggal sekian”, sekali lagi Allah hanya meramal. Kita sendiri yang menyebabkan kematian kita. Bunuh diri, ngebut di jalan tanpa haluan, berlayar dengan kapal kelebihan muatan, dll itu adalah jalan menuju kematian, dan ketika aliran darah ke otak terhenti akibat jeratan tali gantungan, jantung bocor karena tertembus pecahan kaca mobil, saluran pernafasan penuh air karena tenggelam, dll, nah saat itulah tubuh sudah tidak layak ditempati oleh roh, dan malaikat Izroil tinggal melaksanakan tugasnya.
Demikian juga dengan rejeki, kita sendiri yang menentukan berapa rupiah yang bisa kita dapatkan pada hari ini, besok dan seterusnya. Bukan Allah. Tapi Allah tahu, dan semua itu sudah tercatat di kitab Allah, dan pasti terjadi.
Kesimpulan dan Saran
Memang semua musibah yang menimpa kita akhir-akhir ini sudah tercatat di kitab Allah. Karena sudah terjadi maka saya mengatakan bahwa Tsunami di Aceh dan Pangandaran, gempa di Bantul, lumpur Porong, jatuhnya Adam Air, matinya Alda Risma…semuanya sudah dicatat oleh Allah sejak lama, bahkan mungkin sejak diciptakannya bumi, wallahu a’lam. Berikutnya apa yang akan terjadi? hanya Allah yang tahu dengan pasti, bagi kita…semua adalah pilihan yang harus kita tentukan, bahkan berdiam diri didalam goa sampai mati adalah juga pilihan. Dan semuanya berujung pada resiko baik atau buruk bagi diri sendiri, orang lain dan alam sekitar.
Saran saya adalah, bacalah Al-Qur’an karena itu adalah bocoran resmi dari Allah. Jika Allah memerintahkan kita berbuat sesuatu, pasti ada kebaikan diujungnya. Jika Allah melarang kita berbuat sesuatu, pasti ada keburukan diujungnya. Pelajarilah tanda-tanda kekuasaan Allah seperti yang sudah dilakukan oleh Newton, Thomas Alfa Edison, Galileo, Plato, Archimides, dll agar kita bisa memanfaatkannya untuk memelihara bumi ini sebagaimana yang telah diamanatkan oleh Allah kepada kita.


generasighuraba.multiply.com

Tidak ada komentar: