Selasa, 23 Desember 2008

Sedih... Qiyadah-ku

Ahad lalu daku menghadiri Apel Siaga di Pekanbaru. Taujihnya diisi oleh Ust Al-Muzzamil Yusuf, wajar jika kami datang berombongan dengan bis sewaan. Namun bukan tentang taujih ataupun apel siaga itu yang ingin kutuliskan di sini, karena ada yang lebih baik untuk itu. Tetapi tentang hal kecil yang mungkin tidak diperdulikan oleh bapak-bapak, namun tertangkap oleh kami, perempuan.
Di penghujung acara, para 'Bupati' dikumpulkan di panggung untuk pengikraran janji dukungan. Maka tatkala mereka berbaris, sedih ku melihatnya. Ustad kami, Qiyadah Inhil, adalah yang paling kecil badannya. Terperangah, temanku berkata :Ya Allah, kasihannya beliau selama di Inhil kurus begitu. Yang lain berkata : Wajarlah, orangnya sibuk sekali.
Ya, dengan aktifitas yang luar biasa, hal tersebut rasanya menjadi kewajaran. Setiap minggu keluar daerah, dengan kondisi jalan yang mungkin tak tersentuh pembangunan. Menyebarkan dakwah pada siapa saja. Belum lagi menghadapi tingkah kami yang beragam. Ada yang terlalu 'mandiri', sehingga tidak membutuhkan jamaah. Ada yang terlalu takut untuk terlibat, ada yang terlalu manja sehingga tergantung pada jamaah.
Ya, ini hanyalah hal kecil yang tidak penting. Namun bagiku, hal ini memalukan. Malu karena ternyata apa yang kulakukan selama ini bukanlah apa-apa. Dalam perjalanan pulang, kutekadkan diri untuk memberikan lebih banyak lagi pada dakwah ini. Meski belum mampu seperti para Shahabat, namun kuberharap di akhirat kelak berada dalam barisan mereka. Amin ya Rabb

Tidak ada komentar: